Rabu, 19 Juni 2013

COMMENT SONIA SWAN



Commets
SONIA SWAN



Cerita ini aku persembahkan untuk Kakak Tiriku yang menderita Skizofernia akut yang dideritanya selama 15 tahun. Sampai sekarang masih dalam proses penyembuhan dan belum menunjukkan hasilnya. Aku berharap bagi siapa saja yang memiliki kerabat penderita penyakit ini, agar lebih sabar menanganinya.

Terima kasih pada semua pihak yang mau meminjamkan nama dan statusnya untuk kucopas. Hehhe, Sonia (Tokoh Utamanya), Mia, Gita, Zoey, Ayu Cahyaningtyas yang puisinya sedalam sumur bor. Cibu deh buat kalian semua. Semu cerita dalam kisah ini sesuai kenyataan dalam dunia Facebook dan sebagian fiksi belaka. Huaaa...



COMMENT PEMIRSAH


Wah tambah rumit ceritanya, tambah penasaran hehe Kasian sonia :'(


Jdi pnaaasaran timut tu sbenar nya siapa -,-" edward william white dlm cerita ,misterius bngt'z
Bikin penasaran ?
tpi keeerrreeeennnnnn XD


 sepertinya bilang, "what" hukumnya wajib..
Whaaattt?
Horror gini jadinya.... kerumitannya bikin keren


WOW makin penasaran. menunggu BAB berikutnya jauh lebih deg-deg an dari pada nunggu imsak. hehehe... G' bisa nebak, apa yg direncanain Penulisnya...
Hahaha..... Imajinasimu luar biasa, mas bro.
Tapi jujur, ini sebatas pengetahuan saya, kalau Novel seperti ini larisnya di luar negri. Salah satunya kayak Harry Potter. Kalau penerbit di indonesia jarang yg mau nerbitin cerita seperti ini karena terlalu berisiko. Tau sndiri kan, kl penerbit kita sifatnya komersial. Takut pasar g' terima, ujung2nya rugi. Ada beberapa penulis kita yg punya karya imajinasi liar seperti ini, setelah sukses di luar negri, baru diambil penerbit indonesia.


mirip sm n0vel fantasi xg q baca "aggelos" asyiek bener !!!


bagiku cinta hanyalah nama mu MEGA :)
biarkan ku artikan kata cinta hanyalah nama mu MEGA :)
belum ngerti edward itu mahluk sejenis apa?


bagus banget ceritanya,suka,susah ditebak..kapan nih versi bukunya terbit? :D


nyolong foto sapa tuh mister?


siap baca selanjutnyaa!!
hehehe tambah kereeen aja dahh ah


seru ku tunggu yg slnjutnya lgi ydah ku tnggu dr kmren, ceritanya bsa jdi motivasi.. move on..


So sweet Mana lanjutannya ???
Huaaaaaaa penasaran
Shock ! Haha
kereeeeeen ;)


So sweet bnget ...
Sumpah ...


Haha......
Bkin skit jiwa ni novelny bca sratny cullen aku jd galau sndiri pas bca prtnyaan psien aku mlah ngakak haha
Next nya mana???


ngebayangin sonia yang lagi mukulin webe bikin envy haha


waaaaaa, bikin penasaran
timur siapa sebenernya?
apa dia nick? tp gak mungkin, #kemungkinan bisa juga
apa dia dukun online juga #lohhh :D
#baru kali ini aku penasaran sama ceritamu ed :Dkapan neh lanjutanya


d'tnggu ya bab s'lanjut x , penasaran nih


lge galau na qu.........................


Keren,lanjutkn


dan dia adalah webe?


Whaaaat? Iyuuh, ini baru namanya kamseupay. Gak normal endingnya.


SONIA SWAN BAB 26: END



BAB 26





Tadi itu mimpi atau benar-benar terjadi ya?

Terserah deh, yang penting aku sudah bisa keluar dari tempat aneh atau mimpi burukku tadi. Aku masih memeluk Webe dan belum melepaskannya. 

“Sonia, Sonia. Apa perlu kupanggilkan dokternya? Sonia, kamu tidak apa-apa?”
“Aku akan ikut kamu ke Australia, Webe.”
“Iya, tapi makan dulu. Ok, ceritakan sesuatu padaku,” Webe duduk di depanku dan siap mendengar ceritaku.
“Aku tidak takut lagi sama Edward. Besok aku akan mengikuti ujian susulan agar aku bisa ikut denganmu.”
“Ya, Sonia. Sekarang istirahatlah,” kata Webe memegang keningku untuk memastikan aku baik-baik saja.

Aku melihat layar laptopku masih terpampang kronologi EDWARD WILLIAM WHITE. Jika aku mengamati yang ditulisnya, banyak statusnya yang diambil dari buku David. Mungkin dia sengaja mengingatkanku. 

Aku kembali diingatkan dengan pembicaraan dalam mimpi bersama Edward. Buku itu masih tergeletak di atas meja. Semua berawal dari buku aneh itu dan harus kututup semua halamannya.

“Sonia,” panggil mama dari bawah dan aku segera turun menemuinya. Ternyata kucing pemberian Webe buang kotoran di karpet. “Biar mama yang bersihkan. Kamu temuin dulu saja temanmu yang dari tadi nunggu di luar.”
“Siapa, Ma? Webe sudah pulang kan?”
“Bukan Webe. Cewek kok.”

Cewe?

Mia kali ya.

Aku beranjak keluar untuk menemuinya.

Aira?

Bagaimana dia tahu rumahku?

“Sonia. Sudah lebih baik?” tanya Aira membawakanku kue cake.
“Kamu ke mari sama siapa?” tanyaku.
“Nick,” jawab Aira membuatku tersentak saat itu juga.
“Nick? Ga salah dengar?”
“Iya. Seperti yang kau katakan waktu itu, Sonia. Aku tidak harus membelenggu hidupku dalam kenangan. Akhirnya aku bertemu Nick. Hanya namanya doang kok yang sama. Orangnya beda lah. Itu dia orangnya,” kata Aira menunjuk orang yang masih berdiri di atas motornya sambil melipat-lipat kertas.

Aira memanggil temannya dan dia mendekat memberikan origami yang menurutku bukan mirip burung, tapi mirip kodok. Ya Tuhan, apa ini bagian dari system yang sedang ditulis oleh Edward William White untuk kisah Aira yang ini. Lipatan itu sama persis dengan origami kodok yang pernah diberikan Nick padaku saat di Kemsas. Ini sangat tidak bagus.

“Itu origami kodok….,” kataku belum selesai menunjuk origami yang dilipat Nick temannya Aira.
“Baru belajar dari Aira, tapi dari tadi jadinya kaya gini terus,” jawab dia.
“Hahaha, kuncinya harus sabar Nick,” jawab Aira sepertinya mereka sangat bahagia.

Maafkan aku, Aira. Aku tidak berhak mencampuri urusanmu. Aku hanya berharap jika suatu hari nanti Nick dan kamu berpisah sekali lagi dalam versi yang berbeda jawaban itu mungkin untuk dirimu sendiri. Kuncinya harus sabar, Aira.

Keesokan harinya aku mulai masuk ke sekolah untuk pertama kalinya. Serasa aneh rasanya menjadi siswa baru lagi. Aku tidak yakin jika aku bisa lulus dalam ujian susulan sekolah karena aku sudah lama tidak belajar. Mungkin satu-satunya yang kusyukuri adalah dukungan dari teman-temanku yang tidak menyinggung penyakitku. Mungkin juga mereka hanya pura-pura diam karena takut sama Webe, dan di belakangku menggosipkanku. Terserah saja. Setiap orang memiliki jalur ceritanya masing-masing. 

Entah apa rencana Edward selanjutnya untuk membuat cerita Aira yang baru. Sebenarnya aku tidak tega. Tapi aku tidak punya kuasa mencegahnya.

“Bagaimana tesnya tadi?” tanya Webe memberikan tisu untuk membersihkan bibirku yang belepot meses setelah makan donat.

Dia baik banget. Mungkin benar kata Edward, aku tidak perlu pusing-pusing memikirkan dunia ini akan akan menjadi seperti apa. Sudah ada yang maha mengetahui menulis semuanya dengan takaran yang tepat. Yang perlu kulakukan sekarang hanyalah menjalani hidupku apa adanya. Sudah ada Webe di sampingku, apa lagi yang kuinginkan.

Entah mengapa, aku ingin sekali membuat cerita tentang Aira. Kisahnya yang tak pernah berakhir manis dengan pasangannya itu sangat menarik perhatianku. Mungkin jika ada yang membacanya, mereka akan mengira itu adalah kisah omong kosong terbesar yang pernah ada. Terserah.

Pengumuman tentang kelulusan ujian sekolahku tidak begitu mengejutkanku walau aku mengerjakannya asal-asalan. Ya. Webe berada di belakang semua ini tentunya. 

Sejak terakhir bertemu Edward di dunia maya yang nyata –hedeh apa kata yang tepat coba- aku tidak lagi melihat statusnya. Dia juga sudah jarang kirim koment ke teman-temanku. 

Mungkin dia sudah menemukan file lagi yang tidak terhubung denganku kali ya. Sedikit lebih tenang jika aku tidak berhubungan dengannya. Itu artinya, Skizoferniaku akan sedikit berkurang dan aku bisa fokus menjalani hidup baruku. Tentunya bersama Webe.

Mama dan papa sedikit lega melihat perkembangan psikologisku yang mulai membaik. Membaik apanya, terkadang saat aku ingin kembali berselancar ke jejaring sosial perasaan traumatic itu kembali hadir. Dan perasaan takut tak beralasan yang sering hadir saat melihat beberapa oarng dengan nama Nick atau orang yang wajahnya mirip dia sering membuatku malas keluar rumah saat Webe mengajakku makan di luar. Aku selalu menyembunyikan semuanya. Semua karakter dalam cerita Aira tidak pernah bisa hilang dari ingatanku. Mereka bisa hadir dalam semua kesempatan yang ada di dalam kehidupanku. Entahlah, aku bisa bertahan sampai kapan.

“Sonia,” tiba-tiba saja seorang berjaket coklat sudah menyentuh pundakku dari belakang.

EDWAR WILLIAM WHITE?

Dia tersenyum membuatku terperanjat.






THE END