BAB 19
BAB 19
Di rumah sudah menunggu Dukun pijat yang siap sedia menyiksaku. Ketika
tahu, dukun itu kamseupay banget, dengan susah payah aku bergegas masuk kembali
ke mobil Webe, tapi mama buru-buru nyegah aku.
“Ada apa?” tanya Webe.
“Bawa pergi aku kemana kek.”
“Sonia, tidak sakit kok. Ayo cepetan biar sembuh,” kata mama
mengetuk-ngetuk kaca mobil Webe yang kunaiki.
Webe langsung turun menemui mama. Kurang ajar banget dia. Pasti dia
sengaja cari muka di depan mama. Aku tidak mau disiksa oleh dukun pijat
kamseupay itu. Masa dukun diobatin dukun.
“Eh, ngapain turun?” aku meminta Webe masuk tapi dia malah asyik bicara
dengan mama. “Ma, aku ga mau dipijat.”
Meraka tidak mendengarkan rengekanku. Yang ada malah Webe masuk dan
menggendongku ke dalam untuk dipijat kakiku yang keseleo.
Siapa saja
tolong aku. Aku sedang diperkosa dan mamaku membiarkannya.
Wajahku menjadi pucat saat kulihat dukun pijat itu menyiapkan lulur
untuk memijat kakiku. Pasti sakit banget. Pasti aku akan merasakan kakiku
seperti dipotong-potong pakai kampak. Kenapa mereka hanya memandangiku. Saat
aku mencoba kabur, Webe malah memegangiku hingga aku teriak-teriak kaya ayam
mau disembelih. Pokoknya setelah ini aku tidak akan memaafkannya.
“Krakkk, krekkk,” suara itu terdengar saat dukun pijat itu menekuk dan
menarik kakiku yang terkilir, “Ahhhhhhhhhhhhhhh…”
Kok sekarang tidak terasa sakit lagi? Percuma dong tadi aku teriak lebay
seperti orang mau melahirkan. Sakitnya hanya beberapa detik saja. Tapi aku
masih menangis dan memukuli Webe karena tadi sudah memegangiku saat dukun pijat
itu mengurut kakiku.
“Aku tidak akan memaafkanmu,” kataku langsung menutup wajahku dengan
bantal.
Kok sepi?
Apa mereka semua sudah pulang? Aku membuka wajahku dan hanya kulihat
Webe memandangi sepatunya yang kucuri saat acara table manner di restoran.
Aduh? Kok dia bisa tahu sepatu itu ada di situ sih? Kenapa aku bisa bodoh
begini tidak ngumpetin sepatu itu di tempat yang aman.
“Iya, itu sepatumu. Kamu boleh marah sekarang?” kataku menahan malu.
“Aku berharap kamu menyimpan hatiku dan bukan sepatu ini, Sonia. Tidak
apa-apa saat ini hanya sepatuku yang kau simpan. Aku yakin suatu saat kamu juga
akan menerima kehadiranku,” kata Webe meletakkan kembali sepatunya di tempat
semula dan mendekat padaku.
“Mau apa kau?” kataku takut karena hanya ada kami berdua di kamar ini.
“Apa jaketku juga akan kamu simpan juga?” kata dia mengambil jaketnya
yang ada di dekat bantal tempatku berbaring.
Kenapa aku menjadi meleleh begini sih? Aroma parfumnya harum membuatku
tak ingin dia cepat pergi. Sadar, Sonia. Sadar. Dia keluar dan dari kamarku.
Dengan tergesa-gesa aku melihat dari jendela, saat kudengar nyala suara
mobilnya dinyalakan. Ya Tuhan, aku kenapa sih? Kenapa aku merasa bodoh begini
ya?
Aku kembali mencari flashdisk Timur yang tadi siang diberikan mamanya
kepadaku. Kunyalakan laptopku dan secara otomatis, laptopku menscan flashdisk
itu. Pikiranku masih terus terbayang wajah Webe yang tadi begitu dekat saat
mengambil jaketnya. Aroma parfum itu seperti masih menempel di ruangan ini.
Harum sekali.
Virus? Ini virus yang sengaja disendupkan
Webe ke otakku dan aku harus segera menscannya sampai habis langsung delete.
Layar laptopku langsung menampilkan pilihan untuk membuka file dalam
flashdisk ini. ada beberapa file yang terdapat dalam dua buah folder. Yang
pertama kubuka adalah folder bernama “AKU”.
Ada sebuah file dalam MsWord berjudul AKU. Pikiranku langsung menebak
jika ini adalah file pengakuan Aira. Tanpa pikir panjang, langsung klik deh.
kalau kau
tanya siapa yang buat aku gila,kau!
Maknamu,berjuta makna di-aku
Kalau kau cari sebab ketidakwarasanku,kau!
Huruf berlarian tak mampu lukistulismu
Kalau kau mencari korbanmu,aku!
Sampai jatuh,kurakit remukan tanda hadirmu
Bentukmu masih serupa tanya
Kau apa? Kau siapa?
Kau biarkan resahku tersesat dalam malam
Puisiku takmampu imajikanmu
Dasar kau!
Maknamu,berjuta makna di-aku
Kalau kau cari sebab ketidakwarasanku,kau!
Huruf berlarian tak mampu lukistulismu
Kalau kau mencari korbanmu,aku!
Sampai jatuh,kurakit remukan tanda hadirmu
Bentukmu masih serupa tanya
Kau apa? Kau siapa?
Kau biarkan resahku tersesat dalam malam
Puisiku takmampu imajikanmu
Dasar kau!
By: Ayu Cahyaningtyas
Kok malah puisi orang lain? Siapa Ayu Cahyaningtyas itu ya? Apa dia
pacarnya Timur? Setahuku Timur dulu pernah menjalin hubungan dengan Bu Sinta,
bukan dengan gadis bernama Ayu Cahyaningtyas.
Apa sih yang tidak bisa dicari selama masih ada teknologi yang bernama
Internet dan jejaring sosial. Tinggal buka dan search cewek yang bernama Ayu
Cahyaningtyas. Hehe temu deh. Ternyata dia seorang gadis berkacamata dan
berjilbab. Cantik juga. Terus hubungan Timur sama Bu Sinta apa?
Ayu Cahyaningtyas
22 jam yang lalu melalui seluler
rasarasa
tak berasa
tapi aku tak matirasa
aku rasakau serasa rasa sepat jambu depan rumahku -,
tapi aku tak matirasa
aku rasakau serasa rasa sepat jambu depan rumahku -,
Wah bahasanya terlalu tinggi.
Mungkin dia bukan teman atau pacarnya Timur. Saat kulihat lagi beberapa
statusnya, aku tahu dia suka menulis. Mungkin dia teman Aira. Tapi untuk apa
Aira menyimpan tulisannya?
Malah tambah tanda tanya isi
kepalaku. Terlebih saat kulihat beberapa temannya dan beberpa wall yang ada
nama Edward William Whitenya, aku semakin yakin gadis bernama Ayu Cahyaningtyas
ini pasti kenal dengan penulis buku David yang pernah diberikan Aira padaku.
Penasaran aku dengan penulis buku itu. Cari tahu ah tentang cowo itu. Belum
sempat aku mencari tahu tentang cowok itu, aku sudah melihat status Gita yang
juga dikomentari oleh orang yang sama. Siapa lagi kalau bukan Si Misterius
Edward William White.
- Jgnlah terburu² utk m'mtuskan suatu plihn, apa lg saat jatuh cinta, krn saat itu cinta sdg tdk mnggunkan logika. Mka biarkan cnta bcra dgn logika.
§ Giethamut Iemut K'edward: tapi gk bisa secepatnya yakin
Dedi: iya krn cinta itu mudah datang dan pergi
Dedi: iya krn cinta itu mudah datang dan pergi
§ Edward
William White cinta itu
tentang rasa
logika tentang fakta
saat menjelaskan cinta sama seperti menjelaskan rasa air
dibilang tawar orang lain akan bilang, "masa?"
logika tentang fakta
saat menjelaskan cinta sama seperti menjelaskan rasa air
dibilang tawar orang lain akan bilang, "masa?"
§ Giethamut
Iemut Kalo air
putih tentu saja rasa nya tawar,, akan ada rasanya jika di beri
garam,gula,sirup dan sebgainya Ќîiîk.·:::D Ќîiîk :D::·. Ќîiîk™
“Kalo air putih tentu saja rasa nya tawar,, akan ada
rasanya jika di beri garam,gula,sirup dan sebgainya Ќîiîk.·:::D Ќîiîk :D::·.
Ќîiîk™,” kata Gita.
“Masa?” kata saya.
“Ko masa, ya memang bgtu. Namanya jg air putih tawar,” kata Gita.
“Masa?” kata saya.
“Ko masa, ya memang bgtu. Namanya jg air putih tawar,” kata Gita.
Kamu bilang air itu tawar karena sudah meyakini jika
yang kamu pegang itu air tawar maka rasanya tawar. Aku bilang, “masa?” karena aku tidak menilai sesuatu hanya berdasarkan apa yang kulihat,
sebelum aku merasakan dan meyakini jika itu air tawar dan memang rasanya tawar.
Bisa jadi yang ada di dalam gelas air bening tidak berwarna itu bukan air tawar
(misal, sprite atau minyak tanah). Bagaimana kita tahu jika air bening itu
tawar? Bagaimana jika sisi terdalam jiwaku (cieeilah, jiwa) kembali menanyakan
yang dinamakan rasa tawar itu yang seperti apa? Yang namanya asin itu apa?
Kenapa rasa garam yang begini dinamakan asin? Siapa orang pertama yang dulu
bilang asin? Kenapa airmata juga asin padahal aku belum memberikan garam dan
warnanya juga bening? Berpikir lagi kan?
Karena itu tadi aku bilang, “cinta itu tentang rasa
logika tentang fakta
saat menjelaskan cinta sama seperti menjelaskan rasa air
dibilang tawar orang lain akan bilang, "masa?"
logika tentang fakta
saat menjelaskan cinta sama seperti menjelaskan rasa air
dibilang tawar orang lain akan bilang, "masa?"
Rasa itu tidak bisa dijelaskan hanya bisa dirasakan,
sedang logika bisa dijelaskan dengan fakta. Saat menjelaskan cinta sama seperti
menjelaskan rasa air, kamu sudah menjelaskannya sendiri, “Kalo air putih tentu
saja rasa nya tawar,, akan ada rasanya jika di beri garam,gula,sirup dan
sebgainya Ќîiîk.·:::D Ќîiîk :D::·. Ќîiîk™,” kata Gita. Cinta pada awalnya
bening netral tak berasa. Kita yang bilang cinta itu manis, setelah diberi
sirup, pahit setelah diberi kopi dan sebagainya.
Karena itu cinta tak pernah sejalan dengan logika.
Cinta tak bisa dihitung kepastiannya dengan angka-angka dan cukup meyakininya saja
apa yang sedang kita rasakan. Karena rasa tak pernah bohong (mie sedaap Quotes)
Salam super tanpa mie
Ini yang dikatakannya ngaco tapi kok kaya bener juga ya? Mia sudah
berteman dengannya. Gita juga sudah, kok aku yang biasa hidup di dunia maya
sebagai dukun malah belum.
Add ah.
Kira-kira dia akan konfirmasi tidak ya. Aku masih penasaran dengan buku
yang selalu dibawa Aira yang ditulis olehnya. Dari komentar yang kubaca, aku
tahu pola berpikirnya mungkin sedikit melenceng. Tidak masalah, yang penting
aku mendapat jawaban dari semua pertanyaanku.
Eh, aku lupa jika Mia minta konfirmasi. Pengen rasanya buka Dukun Online
yang selama ini pernah kutinggalkan. Aku pengen tahu nasib pasienku setelah aku
tinggal galau karena kepergian Nick. Untunglah Mia sudah menjadi admin dan
menjawab beberapa pertanyaan mereka.
Ask To Dukun:
Dukun, tanya
dunk, obat menurunkan kadar ngantuk tuh apa yahhh?
Widuri Wijayanti
To Widuri Wijayanti
upil dan kentut
selamat mencoba
selamat mencoba
What Mia jawab apaan sih? Dia sengaja mau hancurin Dukun Online nih.
Mungkin saat itu dia masih marah padaku jadi dia membuat status dan menjawab
semua pertanyaan pasien seenaknya kaya gini, nih. Masa semua jawaban dikaitkan
dengan kentut. Aku tidak bisa langsung membencinya. Aku tahu saat dia
meremoveku, dia pasti sangat marah dan membenciku. Bukankah itu dulu?
Kupandangi lagi buku David dengan pengarangnya yang membuatku semakin
bertanya-tanya. Mungkin jika aku bisa ketemu langsung dengannya. Semuanya akan
sedikit beda. Aku bisa meminta dia menjelaskan maksud dari semua tulisannya dan
mengapa dia hanya menjual buku itu pada Aira.
Sepatu Webe. Buang tempat sampah tidak ya? Cowok yang satu itu juga
sumber dari rasa galauku. Takdir kali ya jika aku dekat dengan cowok, pasti
level galauku naik.
Dulu saat pertama kali bertemu dengan Nick, galau sampai satu semester.
Lah, yang ini juga ga jauh beda. Sore ini, beberapa temanku datang menjenguk
karena tadi di sekolah aku jalan terpincang-pincang. Picas juga ikut. Pengen
buang ke jamban rasanya saat lihat wajahnya. Yang pengen buat aku bête tingkat
pohon cabe di puncak gunung adalah dia itu memanfaatkan moment ini dengan
nembak aku ala India.
Hoek pengen muntah.
Hey,
eh eh eh hey
Dekha tumko jab se, bas dekha tumko yaara
Yea, dekha tumko jab se, bas dekha tumko yaara
Tumse koi achha hai na tumse koi pyaara
Yun nazre na phero tum, mere ho mere tum
Keh do na, keh do na, you are my sonia
Hey, keh do na, keh do na, you are my sonia
Dekha tumko jab se, bas dekha tumko yaara
Yea, dekha tumko jab se, bas dekha tumko yaara
Tumse koi achha hai na tumse koi pyaara
Yun nazre na phero tum, mere ho mere tum
Keh do na, keh do na, you are my sonia
Hey, keh do na, keh do na, you are my sonia
Artinya apa coba? Apa kebetulan ada nama gue gitu? Kalau ga salah, dia
nyanyi lagunya sapa tuh, Shah Rukh Khan yang You are my Sonia. Udah lipsingnya
udik. Pakai ga ngaca lagi. Lempar sepatu Webe. Tapi sayang.
Untung sekarang tidak ada Webe di sini. Jika ada dia pasti Kunyuk Mini
ga tahu diri ini sudah dibuang ke TPA. Mia mematikan tape MIDI yang dijadikan
alat lipsing Picas dan menyelamatkanku dari reality show cepat gila ini.
Pusing.
Kenapa aku jadi terngiang-ngiang irama lagu India itu lagi ya? Ada ga
sih acara tendang monyet? Mia memberitahu aku jika Pak Suhendra sudah
dikembalikan lagi jabatan Kepala Sekolah dan akan memulai bekerja besok pagi.
Entah bagaimana dia mendapatkan data secepat itu, yang pasti dia seperti
detektif handal untukku yang dengan cepat mengirim informasi akurat dengan
sangat cepat.
Syukurlah.
Jika ini salah satu trik Webe, I don’t care. Yang penting Pak Suhedra
bisa kembali menafkahi keluarganya dan terhindari dari sikap dholim Keluarga
Webe.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar