Rabu, 29 Agustus 2012

SONIA SWAN BAB 12: TOLAK JOMBLO


BAB 12



Tiba-tiba dia membisu dan menatap tajam ke ujung jalan. Liat sapa sih? Aku pun mengikuti pandangannya. Sebuah mobil berwarna putih berhenti dan keluar seorang wanita melangkah menyebrang jalan menuju ke arah kami. Aku tidak mengenali wanita itu, tapi dari cara Timur melihatnya, sepertinya mereka saling kenal.

“Sekarang ikut mama pulang,” kata wanita itu langsung meminta Timur mengikutinya. Jelas sekarang jika wanita itu adalah mamanya Timur.
“Mama pasti dapat kabar dari Sinta,” kata Timur masih tidak beranjak dari tempatnya.
“Memalukan sekali yang telah kamu lakukan, Timur. Sudah kembali saja ke sekolah lamamu.”
“Mama percaya begitu saja dengan gisip semacam itu?”
“Ini bukan masalah percaya tidak percaya lagi. Ini masalah nama baik keluarga.”
“Ma, itu hanya ulah iseng teman saja kok. Paling Sinta yang lebih-lebihin cerita ke Mama kan?”
“Timur, kenapa sih kamu berubah banget? Dulu kamu sendiri yang maksa mama untuk jadikan Sinta guru privatemu, dan sekarang tanpa sebab kamu terus saja menghindar dari dia. Kasihan dia. Mama semakin curiga dengan gosip itu.”
“Jika mama masih percaya gosip itu, mama boleh tanya sama Sonia. Dia pacarku. Aku normal, Ma.”

What?

Ngapain juga Timur pakai catut namaku dalam masalahnya? Bisa jadi tambah rumit nih.

“Eh, maaf mba. Sampai tidak memperhatikan mba dari tadi,” kata ibu itu ramah.
“Sonia, Tante. Saya temannya Timur.”
“Sudah lama kenal?”
“Baru saja kok. Semua itu ulah iseng teman kami yang sengaja edit foto itu kok, Tante.”
“Oh, Jadi tenang jika kamu sendiri yang bilang begitu,” kata ibu itu sudah mulai berubah raut wajahnya. “Timur, kenapa tidak kenalin ke mama jika sudah punya pacar? Syukurlah. Awalnya mama sempat kawatir saat kamu terlalu dekat dengan Sinta, ditambah gosip itu. Ajak main lah ke rumah, papa pasti senang.”
“Ma, jangan buat aku malu dong. Sudahlah, mama pulang dulu saja.”
“Persediaan bulan ini cukup?”
“Cukup, Ma.”

Aduh kaya sudah mau jadi mantu saja nih rasanya. Mamanya Timur terkesanber lebihan banget dari cara dia ngomong. Untunglah beliau segera pulang, jika tidak bisa keringetan aku dibuatnya.

“Ngapain kamu ngaku jika aku pacarmu?”
“Jika tidak begitu, mama tidak akan cepat pulang.”
“Sekarang bagaimana?”
“Gampanglah, jika kamu sudah jadian sama Nick, aku tinggal bilang saja kalau kita sudah putus.”
“Terus Bu Sinta?”
“Pikirkan nanti saja.”

Terakhir aku mendengar kata pikirkan nanti saja, tuh hasilnya pasti tidak seperti yang diharapkan. Kok aku jadi paranoid gini? Beberapa saat kemudian Nick datang membawakan nasi Padang. Mungkin dia tidak tahu jika aku main ke rumah, jadi dia hanya membeli dua bungkus saja.

“Sudah lama?” tanya dia padaku.

Salting aku saat dia melihatku seperti itu. Aku tidak tahu harus jawab apa lagi. Berbagai rasa seperti diblender. Apalagi jika dia memberikan perhatian khusus sama Aira. Semakin berkecamuk rasa di hatiku antara simpati, cemburu dan iba dengan takdir mereka. Timur maksa Nick untuk mengantarku pulang. Sebenarnya aku tak perlu diantar pulang. Rumahku dekat dengan tempat kost Timur. Aku tahu maksud Timur maksa Nick untuk mengantarku pulang agar hubungan kami semakin akrab. Bagaimana bisa akrab jika sepanjang perjalanan kami hanya diam tanpa mengobrol sepatah kata pun. Aneh rasanya jika jalan bareng tapi kesannya kaku seperti ini. aku sendiri tidak menemukan bahan untuk ngobrol dengannya.

“Nick, besok kamu diminta masuk sekolah,” kataku mencoba mengangkat permasalahanku di sekolah tadi.
“Siapa yang bilang?” tanya dia tanpa melihat sedikit pun ke arahku.
Cool banget nih cowok.
“Webe sudah ngaku bersalah kok.”
“Webe? Dia tidak ngapa-ngapain kamu kan?”
“Tidak. Ada apa emang?”
“Dia ngomong apa sama kamu?”
“Tidak ngomong apa-apa.”

Nick kembali diam dan langsung pergi meninggalkanku di depan rumah. Dari cara dia pergi tergesa-gesa, aku khawatir dia pergi nemuin Webe. Pasti ada yang disembunyikan olehnya.

Titut titut…

Mia telpon.

“Hello,” kataku.
“Lu dimana?” tanya dia.
“Di rumah.”
“Eh, gue sekarang di rumah lu tahu.”
“Ni aku baru sampai di depan.”
“Ya udah cepetan masuk.”

Yang punya rumah aku atau dia sih? Ngapain juga dia sudah sampai di rumahku? Tadi saja katanya ada acara sama Serly, eh malah sekarang sudah di rumah.

“Sini, Son. Ada kabar buruk nih,” kata Mia buru-buru menghampiriku.
“Kabar buruk apaan?”
“Katanya Pak Kepala dipecat dan Webe ga jadi kena skor. Itu artinya Timur dan Nick kayanya ga bisa masuk sekolah besok deh.”
“Ha? Kok bisa?”
“Sapa lagi kalau bukan ayahnya Webe yang pecat Pak Kepala. Yang lebih gawat lagi tuh, dia juga tahu kalau lu nampar anaknya. Gue ga tahu lagi deh.”
“Ga tahu gimana? Maksudmu aku akan dikeluarkan gitu?”
“Mungkin saja. Saran gue nih, coba lu ke rumah Webe sekarang dan jelasin semuanya.”
“Jiah, nehi lah. Suruh minta maaf sama cowok ga tahu diri itu? no way.”
“Prestasi lu di kelas itu bagus, bisa saja bokapnya hancurin prestasi lu di sekolah, Son. Pikirin lagi deh. Bokapnya itu pengaruhnya gede banget.”
“Ga mau. Walau dikeluarin aku ga mau minta maaf sama dia.”
“Halah, Sonia. Jangan idealis gitu ngapa? Gue itu sahabat lu, jadi gue ga mau sahabat gue yang harusnya pinter rapornya dibuat ga naik kelas dengan alasan bodoh. Please, lu pengen buat gue nanges?”
“Ini bukan masalah idealis, Mia. Ini masalah harga diri. Masa juga ga ada satu guru pun yang belain Pak Kepala?”
“Ya elah. Mereka juga punya keluarga kale. Kalau ikutan dipecat mau makan apa?”
“Lama-lama aku kok jadi neg ya dengan guru yang mulai kehilangan nurani dan etikanya. Harusnya mereka itu memberi contoh yang bener.”
“Karena itu tadi gue ngomong lu itu terlalu idealis.”
“Ga mau.”
“Hah…. Susah ngomong sama lu. Pokoknya gue ga rela jika lu jadi korbannya juga.”

Ah, kayanya hidupku ga jauh beda dari yang namanya galau. Bertolak belakangf banget saat sok tegar jadi dukun dan memberi banyak saran untuk mengobati rasa galau pasienku. Aku pengen curhat saja deh di Dukun Online, siapa tahu Dukun Mia bisa memberi saran atau pasien yang lain ikut memberi masukan.

What?

Mia nulis apaan nih?

Baru beberapa jam saja kujadiin dukun sudah curhat sepanjang ini, kalah cepat saya. Kubaca sekilas dan kubaca lagi, ini maksudnya apa coba? Kapan dia jaga Lab dan nyuruh anak-anak melakukan penelitian tentang Kentut. Kurang kerjaan banget deh:





Dukun mau curhat nih. Pastinya adalah curhatan dukun yang galau gitu.

Gini ceritanya. Tadi tuh dukun diminta jaga kelas kima. Masyallah lebaynya anak sekarang tuh ya. Sok banget gitu lihatin tabung berisi berbagai macam cairan yang dibakar dan mengikuti petunjuk buku. Yang dukun ga abis pikir tuh ya, saat hasil eksperimen anak-anak itu ga sesuai buku diulang lagi. Minta ampun bodohnya ga? Namanya eksperimen ya tulis saja apa ada ya? Sangking emosinya dukun, dukun minta semua anak rapikan semua alat-alat kimia yang tak berguna itu.

Dukun minta 30 anak itu bentuk kelompok kecil menjadi lima kelompok. Kasihan banget ada anak gendut yang ditolak semua kelompok. Dukun minta setiap kelompok sediain satu plastik trasparant dan alat tulis tentunya (masa juga alat masak). Dukun nulis dipapan tulis agar anak-anak meneliti zat kimia yang bernama KENTUT.

Jiah, dasar anak-anak yang ga kreatif dan hanya suka liatin buku, malah bingung sendiri saat dukun minta kesimpulan zat kimia itu. Saat dukun bereksperimen melihat apa yang dilakukan anak-anak di dalam lab. Coba tebak! Ada yang maksain kentut tapi ga bisa hahaha, bukankah itu seharusnya bisa dijadikan kesimpulan. Ini Cuma contoh kesimpulan yang diambil dukun ya:

1.  Kentut itu adalah zat kimia berupa gas
2.  Kentut itu ternyata merupakan bahan kimia yang mudah terbakar. (ada anak yang coba kentut di dekat lilin dan meledak.)
3. Kentut itu tidak bisa dipaksakan dan jika dipaksakan keluar maka akan berubah wujud dari gas menjadi cair atau dari gas menjadi padat.
4.  Kentut itu bisa menghasilkan tangga nada yang indah jika dilakukan dengan sepenuh hati.
5.  Kentut yang dilakukan bersama-sama di dalam lab, akan menimbulkan keracuan masal.
6. Kentut yang keluar dari atas ga jauh beda baunya dengan yang keluar dari bawah.
7.Ternyata kentut jika dimasukin plastik transparant warnanya transparan juga, kalau plastiknya kuning warnanya juga kuning. Jadi kesimpulannya kentut itu seperti bunglon.
8. Kentut yang disengaja  dikeluarkan di depan wajah temannya akan meningkatkan daya emosi seseorang yang mempunyai wajah itu.
9.  Dan masih banyak yang lainnya.

Coba betapa galaunya dukun saat diminta anak-anak itu cara kentut yang baik dan benar bagaimana? Jiah, sejak saat itu dukun tidak mau diminta lagi untuk nemenin anak-anak jaga lab kimia. Sueerrr.




Wkwkwkwk.

Ini eksperimen apaan coba? Nulis status atau mau buat cerpen nih?

Kentut itu tidak bisa dipaksakan dan jika dipaksakan keluar maka akan berubah wujud dari gas menjadi cair atau dari gas menjadi padat.

Stressssss!

Ternyata Mia lebih gila saat menjadi dukun daripada aku. Aku membaca beberapa pasien yang sudah dibalas oleh dia.



Ask To Dukun:

Dukun, aku tuh kadang sering jengkel dengan mama aku. Gini loh. Kok aku tuh ya kadang disama-samain sama Nobita. Yang ga bisa masak, cuci baju, nyapu dan ngepel sendiri gitu. Kesel kan. Ada ga sih yang jual, kucing kaya Doraemon yang bisa lakuin pekerjaan itu semua?

Alex Malang


To Alex Malang:


Mudah kok, cepetan kawin dan semua permasalahanmu clear. OK.

Wah jawaban yang singkat tapi tepat banget tuh. Tunggu dulu, itu sih pelecehan gender namanya. Masa kita-kita dianggap pembokat? Dasar Mia stresss.


Ask To Dukun:

Dukun yang budiman, kalau pas puasa gue mimpi basa sama bu guru gue yang cantiknya kaya Soimah, batal ga puasa gue?

ZAKARIA CIE ELEPHANT


TO ZAKARIA CIE ELEPHANT:

Bataaaaaaalllllll.
Jika lu mimpinya sendirian sih engga. La lu tuh kurang kerjaan banget ya, mimpi kaya gitu aja ngajak-ajak guru lu yang mirip Soimah. Dah mandi dan tobat sebelum terlambat.

Ask To Dukun:

Dukun, gue tuh sekarang sedang Fallin in Love sama kakak kelas gue. Namanya Sonia. Dia anak kelas XII IPA 3. Gue kenalnya waktu MOS dulu itu. Senyumnya wonderfull banget deh, tapi kok kesannya dianya ga suka sama Gue ya.

Gimana cara ngungkapin perasaan gue, agar plong gitu?


ANDREAN PICAS PRADIVTA UTAMA



TO ANDREAN PICAS PRADIVTA UTAMA:

Ini ada obat yang harus lu beli.




Namanya Tolak Jomblo. Sudah ngaca belum? Jika kakak kelas lu itu cantik dan mukelu itu mirip Goku. Ya jelaslah dianya akan dengan senang hati nolak lu dan lu pasti sukses galau. Kalau galau minum yang ini tiga bungkus tiap dua menit:




Picas naksir aku? Yang bener saja. Si Kunyuk Mini itu jika jadi pacarku, terus keturunanku akan jadi kaya apa coba? Perasaan saat Mos waktu itu, aku juga ga begitu kenal tuh Kunyuk Mini. Senyum saja kagak.

Sepertinya Mia memang sudah lulus syarat jadi dukun nih. Bisa tenang lepasin gelar dukun yang selama ini kusandang. Sekarang tinggal pikirkan nasibku yang menyedihkan jika bokapnya Webe naruh dendam padaku. Masa juga aku harus nyerah sama cowo brengsek itu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar