BAB 12
Tiba-tiba dia membisu dan menatap tajam ke ujung
jalan. Liat sapa sih? Aku pun mengikuti pandangannya. Sebuah
mobil berwarna putih berhenti dan keluar seorang wanita melangkah menyebrang
jalan menuju ke arah kami. Aku tidak mengenali wanita itu, tapi dari cara Timur
melihatnya, sepertinya mereka saling kenal.
“Sekarang
ikut mama pulang,” kata wanita itu langsung meminta Timur mengikutinya. Jelas
sekarang jika wanita itu adalah mamanya Timur.
“Mama
pasti dapat kabar dari Sinta,” kata Timur masih tidak beranjak dari tempatnya.
“Memalukan
sekali yang telah kamu lakukan, Timur. Sudah kembali saja ke sekolah lamamu.”
“Mama
percaya begitu saja dengan gisip semacam itu?”
“Ini
bukan masalah percaya tidak percaya lagi. Ini masalah nama baik keluarga.”
“Ma,
itu hanya ulah iseng teman saja kok. Paling Sinta yang lebih-lebihin cerita ke
Mama kan?”
“Timur,
kenapa sih kamu berubah banget? Dulu kamu sendiri yang maksa mama untuk jadikan
Sinta guru privatemu, dan sekarang tanpa sebab kamu terus saja menghindar dari
dia. Kasihan dia. Mama semakin curiga dengan gosip itu.”
“Jika
mama masih percaya gosip itu, mama boleh tanya sama Sonia. Dia pacarku. Aku
normal, Ma.”
What?
Ngapain
juga Timur pakai catut namaku dalam masalahnya? Bisa jadi tambah rumit nih.
“Eh,
maaf mba. Sampai tidak memperhatikan mba dari tadi,” kata ibu itu ramah.
“Sonia,
Tante. Saya temannya Timur.”
“Sudah
lama kenal?”
“Baru
saja kok. Semua itu ulah iseng teman kami yang sengaja edit foto itu kok,
Tante.”
“Oh,
Jadi tenang jika kamu sendiri yang bilang begitu,” kata ibu itu sudah mulai
berubah raut wajahnya. “Timur, kenapa tidak kenalin ke mama jika sudah punya
pacar? Syukurlah. Awalnya mama sempat kawatir saat kamu terlalu dekat dengan
Sinta, ditambah gosip itu. Ajak main lah ke rumah, papa pasti senang.”
“Ma,
jangan buat aku malu dong. Sudahlah, mama pulang dulu saja.”
“Persediaan
bulan ini cukup?”
“Cukup, Ma.”
Aduh kaya sudah mau jadi mantu saja nih rasanya.
Mamanya Timur terkesanber lebihan banget dari cara dia ngomong. Untunglah
beliau segera pulang, jika tidak bisa keringetan aku dibuatnya.
“Ngapain kamu ngaku jika aku pacarmu?”
“Jika tidak begitu, mama tidak akan cepat pulang.”
“Sekarang bagaimana?”
“Gampanglah, jika kamu sudah jadian sama Nick, aku
tinggal bilang saja kalau kita sudah putus.”
“Terus Bu Sinta?”
“Pikirkan nanti saja.”
Terakhir aku mendengar kata pikirkan nanti saja, tuh
hasilnya pasti tidak seperti yang diharapkan. Kok aku jadi paranoid gini?
Beberapa saat kemudian Nick datang membawakan nasi Padang. Mungkin dia tidak
tahu jika aku main ke rumah, jadi dia hanya membeli dua bungkus saja.
“Sudah lama?” tanya dia padaku.
Salting aku saat dia melihatku seperti itu. Aku tidak
tahu harus jawab apa lagi. Berbagai rasa seperti diblender. Apalagi jika dia
memberikan perhatian khusus sama Aira. Semakin berkecamuk rasa di hatiku antara
simpati, cemburu dan iba dengan takdir mereka. Timur maksa Nick untuk
mengantarku pulang. Sebenarnya aku tak perlu diantar pulang. Rumahku dekat
dengan tempat kost Timur. Aku tahu maksud Timur maksa Nick untuk mengantarku
pulang agar hubungan kami semakin akrab. Bagaimana bisa akrab jika sepanjang
perjalanan kami hanya diam tanpa mengobrol sepatah kata pun. Aneh rasanya jika
jalan bareng tapi kesannya kaku seperti ini. aku sendiri tidak menemukan bahan
untuk ngobrol dengannya.
“Nick, besok kamu diminta masuk sekolah,” kataku
mencoba mengangkat permasalahanku di sekolah tadi.
“Siapa yang bilang?” tanya dia tanpa melihat sedikit
pun ke arahku.
Cool banget nih cowok.
“Webe sudah ngaku bersalah kok.”
“Webe? Dia tidak ngapa-ngapain kamu kan?”
“Tidak. Ada apa emang?”
“Dia ngomong apa sama kamu?”
“Tidak ngomong apa-apa.”
Nick kembali diam dan langsung pergi meninggalkanku di
depan rumah. Dari cara dia pergi tergesa-gesa, aku khawatir dia pergi nemuin
Webe. Pasti ada yang disembunyikan olehnya.
Titut titut…
Mia telpon.
“Hello,” kataku.
“Lu dimana?” tanya dia.
“Di rumah.”
“Eh, gue sekarang di rumah lu tahu.”
“Ni aku baru sampai di depan.”
“Ya udah cepetan masuk.”
Yang punya rumah aku atau dia sih? Ngapain juga dia
sudah sampai di rumahku? Tadi saja katanya ada acara sama Serly, eh malah
sekarang sudah di rumah.
“Sini, Son. Ada kabar buruk nih,” kata Mia buru-buru
menghampiriku.
“Kabar buruk apaan?”
“Katanya Pak Kepala dipecat dan Webe ga jadi kena
skor. Itu artinya Timur dan Nick kayanya ga bisa masuk sekolah besok deh.”
“Ha? Kok bisa?”
“Sapa lagi kalau bukan ayahnya Webe yang pecat Pak
Kepala. Yang lebih gawat lagi tuh, dia juga tahu kalau lu nampar anaknya. Gue
ga tahu lagi deh.”
“Ga tahu gimana? Maksudmu aku akan dikeluarkan gitu?”
“Mungkin saja. Saran gue nih, coba lu ke rumah Webe
sekarang dan jelasin semuanya.”
“Jiah, nehi lah. Suruh minta maaf sama cowok ga tahu
diri itu? no way.”
“Prestasi lu di kelas itu bagus, bisa saja bokapnya
hancurin prestasi lu di sekolah, Son. Pikirin lagi deh. Bokapnya itu
pengaruhnya gede banget.”
“Ga mau. Walau dikeluarin aku ga mau minta maaf sama
dia.”
“Halah, Sonia. Jangan idealis gitu ngapa? Gue itu
sahabat lu, jadi gue ga mau sahabat gue yang harusnya pinter rapornya dibuat ga
naik kelas dengan alasan bodoh. Please, lu pengen buat gue nanges?”
“Ini bukan masalah idealis, Mia. Ini masalah harga
diri. Masa juga ga ada satu guru pun yang belain Pak Kepala?”
“Ya elah. Mereka juga punya keluarga kale. Kalau
ikutan dipecat mau makan apa?”
“Lama-lama aku kok jadi neg ya dengan guru yang mulai
kehilangan nurani dan etikanya. Harusnya mereka itu memberi contoh yang bener.”
“Karena itu tadi gue ngomong lu itu terlalu idealis.”
“Ga mau.”
“Hah…. Susah ngomong sama lu. Pokoknya gue ga rela
jika lu jadi korbannya juga.”
Ah,
kayanya hidupku ga jauh beda dari yang namanya galau. Bertolak belakangf banget
saat sok tegar jadi dukun dan memberi banyak saran untuk mengobati rasa galau
pasienku. Aku pengen curhat saja deh di Dukun Online, siapa tahu Dukun Mia bisa
memberi saran atau pasien yang lain ikut memberi masukan.
What?
Mia
nulis apaan nih?
Baru
beberapa jam saja kujadiin dukun sudah curhat sepanjang ini, kalah cepat saya.
Kubaca sekilas dan kubaca lagi, ini maksudnya apa coba? Kapan dia jaga Lab dan
nyuruh anak-anak melakukan penelitian tentang Kentut. Kurang kerjaan banget
deh:
Dukun mau curhat nih. Pastinya adalah curhatan dukun yang galau gitu.Gini ceritanya. Tadi tuh dukun diminta jaga kelas kima. Masyallah lebaynya anak sekarang tuh ya. Sok banget gitu lihatin tabung berisi berbagai macam cairan yang dibakar dan mengikuti petunjuk buku. Yang dukun ga abis pikir tuh ya, saat hasil eksperimen anak-anak itu ga sesuai buku diulang lagi. Minta ampun bodohnya ga? Namanya eksperimen ya tulis saja apa ada ya? Sangking emosinya dukun, dukun minta semua anak rapikan semua alat-alat kimia yang tak berguna itu.Dukun minta 30 anak itu bentuk kelompok kecil menjadi lima kelompok. Kasihan banget ada anak gendut yang ditolak semua kelompok. Dukun minta setiap kelompok sediain satu plastik trasparant dan alat tulis tentunya (masa juga alat masak). Dukun nulis dipapan tulis agar anak-anak meneliti zat kimia yang bernama KENTUT.Jiah, dasar anak-anak yang ga kreatif dan hanya suka liatin buku, malah bingung sendiri saat dukun minta kesimpulan zat kimia itu. Saat dukun bereksperimen melihat apa yang dilakukan anak-anak di dalam lab. Coba tebak! Ada yang maksain kentut tapi ga bisa hahaha, bukankah itu seharusnya bisa dijadikan kesimpulan. Ini Cuma contoh kesimpulan yang diambil dukun ya:1. Kentut itu adalah zat kimia berupa gas2. Kentut itu ternyata merupakan bahan kimia yang mudah terbakar. (ada anak yang coba kentut di dekat lilin dan meledak.)3. Kentut itu tidak bisa dipaksakan dan jika dipaksakan keluar maka akan berubah wujud dari gas menjadi cair atau dari gas menjadi padat.4. Kentut itu bisa menghasilkan tangga nada yang indah jika dilakukan dengan sepenuh hati.5. Kentut yang dilakukan bersama-sama di dalam lab, akan menimbulkan keracuan masal.6. Kentut yang keluar dari atas ga jauh beda baunya dengan yang keluar dari bawah.7.Ternyata kentut jika dimasukin plastik transparant warnanya transparan juga, kalau plastiknya kuning warnanya juga kuning. Jadi kesimpulannya kentut itu seperti bunglon.8. Kentut yang disengaja dikeluarkan di depan wajah temannya akan meningkatkan daya emosi seseorang yang mempunyai wajah itu.9. Dan masih banyak yang lainnya.Coba betapa galaunya dukun saat diminta anak-anak itu cara kentut yang baik dan benar bagaimana? Jiah, sejak saat itu dukun tidak mau diminta lagi untuk nemenin anak-anak jaga lab kimia. Sueerrr.
Wkwkwkwk.
Ini
eksperimen apaan coba? Nulis status atau mau buat cerpen nih?
Kentut itu tidak bisa dipaksakan dan jika dipaksakan keluar maka akan berubah wujud dari gas menjadi cair atau dari gas menjadi padat.
Stressssss!
Ternyata
Mia lebih gila saat menjadi dukun daripada aku. Aku membaca beberapa pasien
yang sudah dibalas oleh dia.
Ask To Dukun:Dukun, aku tuh kadang sering jengkel dengan mama aku. Gini loh. Kok aku tuh ya kadang disama-samain sama Nobita. Yang ga bisa masak, cuci baju, nyapu dan ngepel sendiri gitu. Kesel kan. Ada ga sih yang jual, kucing kaya Doraemon yang bisa lakuin pekerjaan itu semua?Alex Malang
To
Alex Malang:
Mudah
kok, cepetan kawin dan semua permasalahanmu clear. OK.
Wah
jawaban yang singkat tapi tepat banget tuh. Tunggu dulu, itu sih pelecehan
gender namanya. Masa kita-kita dianggap pembokat? Dasar Mia stresss.
Ask To Dukun:Dukun yang budiman, kalau pas puasa gue mimpi basa sama bu guru gue yang cantiknya kaya Soimah, batal ga puasa gue?ZAKARIA CIE ELEPHANT
TO
ZAKARIA CIE ELEPHANT:
Bataaaaaaalllllll.
Jika
lu mimpinya sendirian sih engga. La lu tuh kurang kerjaan banget ya, mimpi kaya
gitu aja ngajak-ajak guru lu yang mirip Soimah. Dah mandi dan tobat sebelum
terlambat.
Ask To Dukun:Dukun, gue tuh sekarang sedang Fallin in Love sama kakak kelas gue. Namanya Sonia. Dia anak kelas XII IPA 3. Gue kenalnya waktu MOS dulu itu. Senyumnya wonderfull banget deh, tapi kok kesannya dianya ga suka sama Gue ya.
Gimana cara ngungkapin perasaan gue, agar plong gitu?ANDREAN PICAS PRADIVTA UTAMA
TO
ANDREAN PICAS
PRADIVTA UTAMA:
Ini
ada obat yang harus lu beli.
Namanya
Tolak Jomblo. Sudah ngaca belum? Jika kakak kelas lu itu cantik dan mukelu itu
mirip Goku. Ya jelaslah dianya akan dengan senang hati nolak lu dan lu pasti
sukses galau. Kalau galau minum yang ini tiga bungkus tiap dua menit:
Picas
naksir aku? Yang bener saja. Si Kunyuk Mini itu jika jadi pacarku, terus
keturunanku akan jadi kaya apa coba? Perasaan saat Mos waktu itu, aku juga ga
begitu kenal tuh Kunyuk Mini. Senyum saja kagak.
Sepertinya
Mia memang sudah lulus syarat jadi dukun nih. Bisa tenang lepasin gelar dukun
yang selama ini kusandang. Sekarang tinggal pikirkan nasibku yang menyedihkan
jika bokapnya Webe naruh dendam padaku. Masa juga aku harus nyerah sama cowo
brengsek itu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar