Selasa, 28 Agustus 2012

SONIA SWAN BAB 3: DUKUN ONLINE


BAB 3



Aku  mencintaimu
Jadi
aku takkan menipumu.
Aku mencintaimu,
Namun aku enggan meninggalkanmu.

Aku tak mencintaimu
Namun esensi sukacita yang
Dilengkapi dengan jejak
mu,
Berakhir di kehadiranmu.

Aku tak mencintaimu
Namun ketika pergi, aku mendesah
Dan berpikir tentang
dirimu
Sampai
semua bintang lenyap

Aku tak mencintaimu
Namun cahayamu membutakan mataku
Membawa ke jantung jiwaku
ke langit dan ke surga

Aku tak mencintaimu
Namun cara indahmu
Membawaku dalam ketiadaan
Hampir putus asa
setiap harinya

Aku tak bisa membencimu
Tapi
rasa cintaku terkesan jelas
Untuk
mencintaimu lebih lagi
Begitu membenci, mencintaimu lebih baik lagi.


Kutulis puisi itu berulang kali dalam agendaku. Hembusan angin yang romantis membawaku hanyut terbawa dalam khayalanku. Aku berharap waktu bisa kuputar ulang dan tak lagi mempertanyakan mengapa dia melakukan semua ini kepadaku.

“Aku mencintaimu, jadi aku takkan menipumu,…”

Kudengar suara yang sangat merdu membacakan puisi yang baru saja kutulis. Nick, siapa lagi. Tapi untuk apa dia di sini?

“Mau apa?” tanyaku ketus.
“Aku bawakan Origami burung, Kecil,” dia memberikan origami bodoh itu lagi.
“Basi tahu. Kenapa kamu lakukan itu padaku, Ed? Sakit tahu? Sakit banget hatiku dengan permainanmu. Harusnya kamu tidak menjadikanku Objek konyolmu itu. Aku benci banget sama kamu.”

Dia hanya tersenyum seperti tidak memperhatikan rasa kesalku dan airmata yang terus mengalir membasahi pipiku. Belum pernah aku bertemu cowok yang tidak memiliki perasaan seperti dirinya.

Sueerr.

Aku kesal sekali. Dia malah mengambil lagi bunga puteri malu yang pernah diberikannya kepadaku tanpa permisi terlebih dahulu. Sebenarnya apa sih maunya?

“Ed,… hei Nick… siapapun namamu, sebenernya maumu apa sih?” aku berteriak keras tapi suaraku seperti tersedot habis dan semakin lama semakin hilang.

Aku terengah-engah bangun dari tidurku dengan airmata telah membasahi bantalku. Untunglah hanya mimpi. Kulihat jam di atas meja masih menunjukkan pukul 03.28 WIB. Belum subuh, mungkin bisa kugunakan untuk salat Tahajud agar aku bisa sedikit lebih tenang. Bayangannya tak pernah bisa hilang. Tidak mudah menghapusnya dengan apapun. Tipe ex? No. sangat sulit. Dia itu seperti tattoo yang terlanjur permanen terlukis di hatiku. Menghapusnya dengan paksa hanya akan menyakitiku lebih sakit lagi. Untunglah mama dan papa tidak menanyakan tumben aku bangun sepagi ini. Aku memang tidak menceritakan tentang Nick pada mereka berdua. Yang kuceritakan hanyalah buku terbitan hasil Kemsas.

Kubuka blogku yang paling keren. Apa lagi kalau bukan Dukun Online. Sebagian isinya mengeluhkan mengapa aku tidak membalas keluhan mereka kemarin malam. Bisa-bisa pelanggan kecewa nih.


Ask To Dukun:

Nanya dong dukun yang super pintar. Kenapa jerawat sering dikaitkan dengan masa puber sih? Apa hubungannya dengan makan kacang tanah?
Thank before.


Rika Khoirunnisa


To Rika Khoirunnisa:

Temenku Pak Saini (bukan nama Group Boyband Korea) itu penjual kacang rebus di pinggir Jl. Sudirman deket bundaran. Setahuku sih punya anak ABG yang kebetulan jerawatan. Coba tanya langsung sama anaknya deh.
Semoga bermanfaat.


Ask To Dukun:

Bener ga cowo tu suka peliara bulu ketek? Soalnya gw pengen cowo gw cukur bulu keteknya, tapi takut dianya marah. Saran dong, gimana caranya agar dia mau potong bulu keteknya. Pernah gw denger sih, sugesti dia tuh bulu ketek bisa menambah kesan macho kaya Samson gitu.
Ditunggu jawabannya.


Ai


To Ai:

Wah cowo kamu pasti kelainan tuh. Ada dua alternative sih yang mungkin tidak begitu menyenangkan untuk kamu praktekkan. Pertama: kamu coba peliara bulu ketek kamu dan liat reaksi dia dan kedua kamu ambil beberapa kutu kucing terus tarok di ketek cowo kamu. Alternative kedua ini mungkin akan membuat cowok kamu dengan senang ati cukur bulu keteknya sukarela.

Kenapa ga ada pertanyaan yang logis sih? Misalnya untuk menyelesaikan persamaan kuadrat bisa dilakukan dengan berapa cara? Apa semua ABG sekarang sudah kelewat kreatif hingga yang ditanyakan semua keluar dari jalur pelajarannya ya?

Ada satu pendatang yang menarik perhatianku nih. Pengirimnya Nick Cullen? Apa mungkin ini dia?


Ask To Dukun:

Kamu percaya keajaiban?

Nick Cullen.


Gila pertanyaannya singkat sekali dan itu pernah kudengar dari mulutnya langsung saat di Kemsas. Tidak salah lagi ini pasti Nick. Bukannya aku tidak bisa menjawab pertanyaannya, tapi yang menanyakan pertanyaan ini adalah orang yang pernah membuatku terpuruk, galau satu semester.

To Nick Cullen:

Aku benci pertanyaanmu.


Entah mengapa aku malah menjawabnya seperti itu. Semua itu mengingatkanku kembali tentang bunga puteri malu pemberiaanya. Tiba-tiba saja perasaan berkecamuk melanda hatiku dengan dahsyat. Ingin sekali membalas lagi pertanyaannya dengan semua makian yang pernah kudengar lewat telingaku seumur hidupku. Saat kubaca ulang pertanyaannya dan kubaca balasanku, bukankah aku ini terlalu lebay?

Dia hanya menanyakan Yes/No Question dan sederhana jawabannya. Mengapa juga aku malah membenci pertanyaannya. Sangat tidak professional menurutku. Mendadak aku menjadi nyesel sendiri.

Tutup laptop dan cari aktifitas lain mengisi hari liburku ah. Gara-gara satu pertanyaan dari dirinya membuatku malas lanjutin balas pasienku. Bagaimana dia bisa tahu kalau ada Dukun Online ya? Jangan-jangan Mia yang ngasih tahu nih.

Mia masih ngambek ga ya?

Hari ini rencananya aku mau ke toko buku untuk beli beberapa novel. Kabarnya ada novel baru judulnya The Host karya S. Meyer. Tapi jika pergi sendiri tanpa Mia kesannya jadi ga asyik. Dari pesan dinding yang kubaca tadi malam sih, sepertinya dia sudah ada janji dengan temennya yang bernama Zhoey. Ya sudah lah, beginilah nasib jomblo jika mau pergi ga ada yang nemani.

Banyak juga buku keluaran terbaru. Padahal dompetku isinya terbatas. Ok deh, liat-liat dulu saja. Sapa tahu ada cowok ganteng yang nawarin satu buku bagus dan gratis untukku.

Tenong!

Kaget saya, seseorang menyentuh pundakku dari belakang dan mengulurkan sebuah buku. Aku merasa tidak mengenalnya. Dia juga bukan temenku sekolah. Mau apa dia?

“Apaan ini?” tanyaku.
“Jika cari buku beda, coba yang ini,” kata dia sambil mengulurkan buku berjudul David.
“David? Karangan siapa?” tanyaku.
“Tuh ada pengarangnya.”
“Edward William White? Ga kenal.”
“Masa?”
“Eh, kamu siapa sih, sok akrab gitu. Aku pengen sendiri jangan ganggu aku.”
“Kenalin namaku Timur, aku temannya Nick. Sebenarnya sih aku hanya ingin minta tolong padamu.”
“Oh, jadi kamu temennya cowok ga tahu diri itu ya. Patesan ga jauh beda. Ok. Bilang sama temenmu, aku ga tertarik.”
“Sonia, Nick sekarang sudah berbeda, jadi kumohon beri dia kesempatan.”
“Jadi dia ngutus kamu gitu? Kenapa ga dianya saja yang datang nemuin aku? Jiah… bikin ilfil saja.”
“Sonia,…” panggil dia tapi aku beranjak meninggalkannya.

Kenapa coba selalu ada orang yang sukses meruntuhkan moodku. Aku sepertinya tidak asing dengan pengarang buku itu, tapi sapa ya? Inget-inget, Sonia. Coba inget lagi.

Jiah… iya. Bukankah itu orang yang ikut dalam obrolan bersama Mia. Baru tahu aku jika Mia punya kenalan orang yang suka nulis juga. Tapi untuk apa ya, cowok yang bernama Timur tadi nawarin aku buku yang ga jelas gitu. Apa mungkin dia diutus Nick untuk berikan buku itu?

Ngapain juga aku masih mikirin dia. Delete, remove dan blok semua data tentang Si Nickolodeon itu ah. Bisa hang otakku jika terus kugunakan untuk memikirkan sesuatu yang ga jelas tentang dirinya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar