Hari Selasa.
Aku sengaja minta ijin papa untuk tidak masuk sekolah
hari ini. Pikiranku kacau banget rasanya, terlebih bayangin jika hari ini aku
ketemu dua kecebong ungu. Masih lagi jika Mia menanyakan banyak hal yang tak
bisa kujawab. Bisa-bisa aku ga bisa konsentrasi belajar nanti.
“Yakin ga pengen periksa ke dokter?” tanya Papa
sedikit kawatir.
“Sonia, gapapa, Pa.”
“Sudahlah, Pa. Kaya ga tahu aja jika puteri kita itu
sudah gede,” kata mama membuatku tersipu malu.
Cowok memang hanya menilai cewek dari segi fisik saja.
Mama lebih tahu yang kurasakan dan papa malah mengira aku sakit beneran.
Aku coba hubungi Mia, tapi hapenya ga aktif. Nomor
barunya yang kemarin dicantumin di surat sampah itu jika tidak aktif. Beneran
marah sepertinya dia. Coba telepon Nazria saja agar sampaiin surat ijinku hari
ini.
“Hello,” kata Nazria mengangkat teleponya.
“Ri nanti kalau berangkat mampir ke rumah ya, aku mau
nitip surat ijin nih.”
“Ga masuk hari ini?”
“Ga enak badan nih.”
“Ga enak badan atau ga enak hati?”
“Udah mampir saja, kapan-kapan kuceritain lebih
detailnya.”
“Ok.”
Sepi juga di rumah sendirian. Papa ke kantor dan mama
ke swalayan belanja. Di rumah hanya tinggal kucingku Dora. Coba Dora punya
kantung ajaib yang bisa mengabulkan semua permintaanku, aku pengen punya dunia
sendiri yang di dalamnya tidak ada kecebong ungunya.
“Meong,” ngomong apa si Dora.
Aku membuka laptopku dan mencari tahu aktifitas Mia
hari ini. Sungguh, aku merasa bersalah banget padanya. Dia pasti mengira aku
itu suka banget ngerebut cowok yang disukainya.
Dear Lu
Oh…
here will I set up my everlasting rest
And
shake the yoke of inauspicious stars from this world wearied flesh
Eyes,
… look your last
Arms,…
take your last embrace
And
lips, oh you, the doors of breath
Seal
with a righteous kiss a dateless bargain to eagrossing death…
Ga tau gue artinya, baru saja kucopas dari Sekper. Ngapa ya jika diem gue inget lu? Lubang idung lu itu ingetin gue tentang jari
gue. Tau kan, jika jari masuk idung itu bikin damaiiii banget. Seperti lu.
Tuwittt .
Pokoknya, epride en eprinet itu nobody but you. Jika gue cowok dan lu
cewe pasti gue dah nembak lu, tapi sayangnya ga tuh. Gue cewek. Salah? Up 2U. Coret-coret saja, daripada gue nulis semuanya di ati gue terus gue simpen dalem kotak dikunci
masukin sumur, dan lu ga tahu. Coret-coret saja ati gue. Gue sayang lu, apapun
itu dari bibir gue mengucapnya.
Gue
Status Mia pasti ditujuin untuk Timur. Tapi saat
membacanya mengapa seperti aku yang nulis dan pengen banget kutujuin untuk Nick
ya? Simple banget yang ditulisnya dan kesannya asal, tapi aku malah merasa
pesannya itu jujur dari hatinya. Aku saja yang ngaku penulis tidak bisa
menyusun kata-kata seperti itu.
Sebenarnya aku ingin komentari statusnya. Tapi
komentari apa? Bisa-bisa dia tambah ngambek lagi padaku. Kubaca lagi status
aneh itu dan kuarahkan kusorku untuk copy paste statusnya. Aku merasa tulisan
Mia yang ini istimewa. Padahal aku sering baca surat-surat konyol dari pasienku
tiap malam, yang ini beda. Akhirnya aku hanya memberikan jempolku tanda jika
aku sudah membacanya.
Yang bisa kulakukan di kamarku hanya memandangi
origami kodok abstrak dan menyentuh-nyentuh daun bunga puteri malu seperti
gadis bodoh. Dora duduk di pangkuanku dan tertidur di sana. Kok aku jadi galau
akut gini sih? Tahu gini mending tadi berangkat sekolah dan hadapi semuanya, bukannya
sembunyi dalam kamar seperti ini dan tambah tersiksa.
Move on, Sonia. Move on.
Siang harinya setelah pulang sekolah, Timur datang
menjengukku membawakanku buah-buahan. Cowok ini lagi. Aku tidak berharap
bertemu dengannya malah dia datang ke rumah. Mana Nick? Katanya dia sahabatan.
Aduh, Sonia, ngapain juga masih pikirin Nick? Bukankah kamu ingin lupakan dia?
“Masuklah,” kataku lemas.
“Ini aku bawakan kamu mangga,” kata Timur sambil
menyerahkan mangga dalam plastic kresek. Kok dia bisa tahu ya jika aku suka
banget sama mangga. Lain dengan Nick yang sekarang sikapnya menjadi dingin
tidak seperti saat di Kemsas.
“Terima kasih, mana Mia?”
“Tidak tahu. Tadi aku dengar kamu tidak masuk terus
aku ke sini sendiri. Oh ya, maafin soal yang kemarin ya.”
“It’s Ok. Tahu dari siapa?”
“Maaf, tadi sebenarnya aku sengaja ke kelasmu untuk
minta maaf dan kata temenmu kamu ijin hari ini. Jadi kuputuskan untuk datang
langsung ke rumahmu saja.”
“Ok, sekarang jelaskan apa yang ingin kamu katakan.”
“Begini, Sonia.” Timur terlihat bingung mau memulai
dari mana. Bisa kikuk juga ternyata. “Nick sangat terpuruk sejak kepergian
Aira. Aku merasa hanya kamu yang bisa membuatnya bangkit kembali.”
“Terus?” kok aku meras dia berlebihan banget
perhatiannya ya.
“Sebenarnya Nick itu sangat mencintaimu, Sonia.”
“Ada lagi?”
“Sonia.”
“Gini, Timur. Jika kamu ke sini hanya untuk bicarain
masalah Nick terus dan tidak ada urusan lain, sebaiknya kamu pulang saja dan
biarkan aku istirahat. Malas aku dengar tentangnya.”
“Tapi Sonia. Aku tak ingin dia menyesal seumur
hidupnya untuk kedua kalinya.”
“Terus apa hubungannya denganku gitu. Harus kujelaskan
berapa kali lagi jika aku tidak ada hubungan apa-apa dengannya.”
Dia hanya menutup wajahnya seperti orang yang
kebingungan mau bicara apa lagi. Aku merasa dia bukan hanya sekedar sahabat
Nick. Kenapa dia ngotot banget pengen aku dekat kembali dengan Nick coba.
“Ok. Jaga baik-baik dirimu ya. Aku tidak ingin kamu
membebani perasaanmu dengan sesuatu yang tak perlu dan membuatmu tambah sakit
nanti,” kata Timur membuatku merinding
tanpa sebab mendengarnya. “Aku pamit pulang dulu.”
Dia kenapa sih? Apa dia suka aku? Ih, jangan GeEr deh,
Sonia. Mangga yang dibawanya manis banget. Jujur sebenarnya aku tidak harus
bersikap ketus terus terhadapnya. Bukankah dia hanya ingin mencomblangkanku
dengan Nick kembali?
Hari
ini kuhabiskan waktuku untuk menulis. Lama sekali tidak menulis, aneh
rasanya memilih kata yang tepat. Saat kubaca ulang hasil tulisanku, kenapa nama
Nick malah muncul
kembali di sana. Buru-buru kuhapus lagi tulisanku, takut jika ada cicak yang
sengaja membacanya. Uh, kenapa Sonia? Pusing ya? Galau lagi ya? Saat ini aku
hanya bisa mengusap wajahku tanda tak tahu lagi mau ngapain.
Sepertinya jika sekali-kali Dukun pasang pertanyaan
pada pasiennya tidak ada salahnya. Bersiap saja buka Blog andalan: DUKUN
ONLINE. Sarana tanya jawab yang tepat untuk permasalahan galau anda.
Belum lagi mau pasang pertanyaan sudah banyak pasien
yang bejibel. Jawab dulu atau tanya dulu ya? Ok deh jawab beberapa baru tanya.
Ask
To Dukun:
Eh
Dukun yang keren tanya dong. Hari ini aku puasa nih, tapi tadi saat pulang
sekolah liat anjing cewe telanjang, batal ga?
Ok.
Ditunggu jawabannya.
Wong
Macho
To Wong Macho:
Coba jujur pada Dukun ya. Grengg ga tadi saat liat?
Menurut dukun sih kalau anjing cewe yang tadi kamu liat itu sexy terus bukan
makrommu, cepetan mandi besar deh. Kalau tidak besok lagi jika ketemu anjing
yang sexynya dunia akherat itu, kamu lamar dia, biar besok jika liat lagi sudah
sah jadi suami istri.
Ask
To Dukun:
Simple
saja ya, yang mau aku tanyain itu gini, Dukun. Pas aku ke mall kemarin, aku
ketemu sama cowok yang mirip banget sama mantan aku. Cuma aku ga yakin tuh.
Soalnya, setiap kali liat cowo keren kok rasanya mereka semua tuh mirip banget
sama mantan aku. Coba dukun beri saran, agar aku tidak selalu berhalusinasi
tentang mantan aku.
Ce-x
Lee Min Ho
To Ce-x Lee Min Ho
Punya posternya Mister Tukul ga? Kalau belum coba beli
dan pasang di setiap pojok kamar kamu. Kalau perlu edit pake photoshop atau
corel draw, co kamu yang katanya –Lee Min Ho itu- ganti kepalanya dengan Mister
Tukul. Masih mau ciumin foto editan mantan kamu itu? Semoga lekas sembuh dan
jika belum, ambil tambang.
Ask
To Dukun:
Hallo
dukun yang suka ngawur. Kok pertanyaan gw yang kemarin ga dibales sih. Ok, gw
ulangi lagi tapi kali ini bales dengan sepinter-pinternya dukun ya. Awas! Begini
dukun. Mantan gw tuh kan ngajak balikan, padahal gw dah jadian sama temennya.
Ceritanya sih backstreet gitu. Permasalahannya gw sayang mereka berdua, boleh
ga?
Via
Chi Gadiest Mancax
To Via Chi Gadiest Mancax:
Boleh saja. Saran dukun, coba lu transgender dulu
sono. Tahu kan kalau sudah jadi cowo, lu halal berpoligami. Pake ‘ape saje’
bole.
Gimana?
Satu persatu balas pertanyaan ngaco pasien malah
bingung mau nanya apa? Jika dipikir-pikir ulang, sebenarnya yang setreeesss itu
pasiennya atau dukunnya sih. Dah tahu dijawab ngaco malah masih konsultasi
terus. Mana sampai ada yang dua kali lagi. Saatnya pekerjakan admin nih.
Eh, tadi aku mau tanya apa ya.
Ok tulis saja ah:
Dukun
mau nanya nih. Kalau dukun suka orang yang telah buat dukun galau satu semester,
dosa ga? Harus jawab jujur dan berkualitas ya. Ok dukun tunggu jawabannya.
Baru saja nunggu muncul banyak sekali komentar:
1. Sepertinya dukun perlu cukur gundul wkwkwk. _@Ariellaso.
(cukur gundul babe lu pakai pembalut. Ini
yang jawab perlu dikasih racun tikus kali ya.)
2. Jika gw ga cuma satu semester, Dukun. Tapi jika dukun
merasa dosa, tobat saja. _@Aiiuu_cekali (Tobat?
Emang lu sesat.)
3. Pengalaman saya pacaran dan diabaikan cewek saya dulu,
gini dukun. Sempat juga sama seperti yang dukun rasakan. Tapi saya pikir galau
itu ga harus minum tolak galau kok. Cukup masukin jari ke idung, pasti hati
akan terasa mak cess. _@Dyo_Fans. (Jempol
kakiku kumasukin idung kamu, mau? Kalau ga galau kucingku kuajak ke dukun sunat
deh. Emosiiii.)
4. Numpang kasih
saran ya, coba dukun minum ramuan herbal ane. Ambil satu ons brotowali, dua
milliliter airmata kurang boleh, kalau punya ketombe karmas dulu pakai sampho.
Aduk hingga rata terus minum tiga kali sehari. Semoga lekas sembuh.
_@Tabib_China. (Pliss.)
5. Wkwkwkwk, Dukun minta salan. Yaps, saling tolong
menolong dalam kebaikan kan diwajibkan. Kalau dukun cewe cantik jadi pacal aku
saja ya. Jamin masih jomblo ting-ting. _@Bayu_Naif. (Bueh… ini salah satu adegan novel tanpa huruf ‘ERRRRRR’ ya? Kucingku
jomblo mau?)
6. Bla-bla… (berikutnya dan berikutnya.)
Ternyata diberi saran ngaco itu tidak menyenangkan ya?
Padahal aku nunggu Nick memberikan komentarnya satu saja. Kalau dia memang hanya
pengen bilang, “percayalah akan keajaiban.” Aku pasti akan percaya. Sama sekali
tidak ada pesan darinya. Mia juga. Biasanya dia yang rajin kirimin aku solusi.
Mia, tahu ga aku kangen kamu. Sorry.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar