Selasa, 28 Agustus 2012

SONIA SWAN BAB I: SEEK LOVE


BAB I



Dear Lu


Eh kaya ada ais kerim saat lu dateng. Meleleh gitu. Pertama liat lu itu kaya saat nonton Twilight Newmoon dan liat Jake berubah jadi werewolf, pengennya bilang, “wowww… .”  Dan Amazing banget deh.

Jika gue ulurin tangan Gue dan beriin surat ini terus lu baca pakai ati, kira-kira lu akan ngerti yang gue rasain atau sebaliknya? Jujur gue takut ngomong pake bibir gue. So, baca saja dengan ati lu dan anggep gue ada di depan lu, jika gue itu suka senyum lu yang **ehem… I can’t find anywords.

Nomor gue ada di bawah. Esmes ya!
081228345007


Gue


Bete!

Perasaan ni anak kurang kerjaan kali. Sejak kejadian di Kemas yang menjadikanku galau satu semester itu, pilihanku menjadi Dukun Online (Konsultan sebutan kerennya) malah semakin membuatku sakit kepala. Hampir setiap malam aku harus melayani keluhan-keluhan ga mutu dari berbagai pihak yang mengaku manusia. Jiah,... ini lagi pasien ga jelas dan minta jawaban ditunggu secepatnya.

S.Swan   :         Apa ini maksudnya?
Mia     :           koreksi dong calon surat cinta gue.
S.Swan   : sejak kapan kamu suka gue lu? Itu nomor ganti lagi?
Mia     : biar gaul gitu. Eh... gimana menurut lu? Mau gue beriin ke Nick besok tuh.
S.Swan   :         Nick?
Mia     :           Ah, ga update lu. Itu loh, anak baru yang kerennya bikin mampus.
S.Swan   : Aneh tau, kamu ngomong kaya gitu. Ini Fb dibajak ya?

Eh, malah off dia. Aku membaca ulang surat cintanya yang wow –menurut dia sih- tapi menurutku kok malah seperti sampah ya. Kubaca lagi dan mengoreksi tulisan anehnya. Whatever deh.

Jam 23.56

Biasanya jam segini pasien banyak yang berobat tentang sakit jiwa mereka loh. Tumben sepi. Galau deh jadinya. Wajah itu kembali hadir dalam rasa sepiku. Nyesel sekali dulu pernah remove dia dan sampai setengah tahun ini aku tidak lagi mendengar kabar darinya.

Sesekali aku hanya bisa melihat profilnya, wajahnya yang penuh misteri itu memberi warna khusus bagi mataku. Origami kodok abstrak yang menurutnya burung, seperti mengajakku berbincang-bincang dan mengejekku. Sudah setengah tahun ini aku berhenti menekuni dunia tulis menulis dan beralih menjadi Dukun Online. Sakit sekali rasanya membaca surat terakhir darinya. Kenapa harus aku yang dijadikan objek dari orientasi cintanya, itu yang selalu membuatku terpuruk galau.

Kembali kubuka surat terakhirnya yang masih kusimpan sebagai sejarah sisa-sisa peradabanku di Kemsas yang menyisakan galau luar biasa.



Dear Sonia Swan,


Terima kasih sudah membangkitkanku dari keterpurukkan. Aku selalu meyakini adanya keajaiban. Bagaimana denganmu, Angsa Kecil?

Kamu pasti ingat kiper lawan yang pernah kucium dan menamparku waktu itu? Dia adalah mantanku. Karena dia, aku ikut perkemahan ini. Aku sama sekali tidak peduli dengan dunia sastra. Yang kupedulikan hanya dia. Kamu boleh membenciku setelah ini. Itu hakmu.

Namanya Aira. Hidupnya mungkin tak akan sepanjang usiamu dan aku takkan memberitahukan apa penyakitnya seperti janjiku. Dia memutuskanku karena menurutnya, penyakitnya itu tak mungkin disembuhkan dan memintaku mencari penggantinya. Aku sudah menjelaskan kepadanya bahwa bisa saja aku mendapatkan gadis lain yang kusuka, tapi selalu saja yang ada hanya dia.

Saat ini aku di sini hanya untuk membujuknya agar mau dirawat di rumah sakit. Sulit sekali membujuknya, Kecil. Karena itu aku harus meyakinkannya dulu bahwa aku sudah mendapatkan penggantinya. Ya. Kamu yang kumaksud. Maafkan aku ya, melibatkanmu tanpa permisi.

Saat ini aku berharap pada keajaiban akan kesembuhannya, Swan. Salahkah? Tidak bukan? Aku hanya ingin dia tidak putus asa. Hidup kan hanya sekali. Aku ingin buat sisa waktunya berarti.

Ok, Angsa Kecil.

Semoga kita berjodoh dan bertemu lagi di lain waktu ya. Jika ada yang bisa kubantu, aku siap kapan-kapan membantu. Telpon saja, seme-es, atau inbox saja ya. Oh ya… selalu ingat. Pasti ada keajaiban.



ED Cullen. (Nick)



Si Cullen yang tak kuketahui namanya itu telah membuat lubang yang cukup dalam bagi hatiku. Sulit sekali bagiku untuk bangkit dari jurang ini. Aku hanya bisa berbaring di dasar dan menampung air mataku dengan kedua telapak tanganku. Ingin sekali membakar surat dan buku ini, tapi aku terlalu menyayanginya. Perasaan seperti ini seperti racun yang terus menggerogotiku dan anehnya aku malah menikmatinya dan larut dalam keterpurukanku.

Keesokan harinya di sekolah, Mia sudah menungguku di depan gerbang seperti seorang Dept Collector. Sikap dia yang sok gaul itu malah pengen membuatku ngakak. Lupakan. Untuk apa ngakak yang tidak ada pahalanya.

“Kenapa ga dibalas?” seru dia sambil menaikkan alisnya.
“Apa ga salah? Bukannya kamu itu Off duluan?”
“Batre low tau. Eh,... Gue sudah siapin itu lama banget loh. Malah taunya lu ga koreksi. Aduh, ini special buat dia.”

Heboh banget.

Emang ngaruh gitu dengan hidupku? Dengar dia ngomong pakai Lu Gue kok malah aku jadi risih sendiri mendengarnya ya. Dia seperti orang bingung mau ngapain.

“Punyamu dah bagus kok,” kataku santai.
“Yang bener? Surat cinta hancur kaya gitu lu bilang bagus?”
“Lah itu tahu kalau suratmu hancur.”
“Sonia, please deh. Gue serius nih.”
“Bingung ya ngomong sama kamu. Jujur salah, ga jujur malah tambah salah.”
“Aku ambil dari novelmu ya?”
“Ambil saja. lagi pula nanti aku ada ulangan matematika mau belajar dulu,” kataku sambil tersenyum karena saat bingung dia lupa ga pake gue lu lagi. “Ga pake Gue lagi?”
“Hah,… ini hari apa? Bukannya ini Sabtu?”
“Makan tuh Nick. Masa Sabtu pakai OSIS.”
“Aku belum belajar, eh… Gue lupa belajar, Son. Gimana nih? Mana semua buku yang kubawa jadwal Sabtu semua. PR gue gimana dong.”
“Nasibmu tuh.”

Emang masalah buatku. Sekali lagi teoriku tentang cowok hanya akan membawa disaster luar biasa bagi kehidupan cewek terbukti lagi. Untung saja hanya menimpa makhluk yang tadi mengajakku bicara dan bukan seluruh spesies female yang ada di planet ini.

Tapi sebenarnya aku penasaran juga dengan cowok yang bernama Nick yang menurut Mia sih gantengnya bikin mampus. Sudah tahu bikin mampus masih digemari. Logika mana logika kalian gitu.

What?

Ga salah liat nih mata?

Sejak kapan Si Cullen ada di sekolah ini? Mana tampangnya dibikin sok cool gitu. Aku mencoba cari tahu ada misi apa dia mengunjungi sekolahku. Kata Si Monty sih katanya dia murid baru di kelas IPA 5. Jadi ini yang namanya Nick? Masa aku harus bilang, “Oh My God!” ga kali ya. Jika lihat wajahnya, rasa galauku langsung mendekati titik didih. Masih untung dia tidak satu kelas denganku. Bener juga kata Mia, jika aku itu sekarang ini kurang update setelah menekuni bisnis Dukun Online. Aneh kan?

Sekarang aku galau. Masa Dukun berobat ke Dukun?

“Kenapa Lu?” tanya Mia.
“Gapapa.”
“Ga papa dari Hongkong. Muka lu itu kaya botol softdrink tau?”
“Artinya?”
“Bukankah Sonia itu lebih pinter ketimbang Mia? Eh curiga deh gue. Lu pasti ikutan kesemsem sama Nick, kan? Hayoo ngaku. Please Sonia. Nick buat gue ya, please. Dia itu my first love. Bisa sekarat gue jika lu merebutnya.”
“Jiah, lebay banget sih. Your first love? Terus dari Andy sampai Zaenal itu apa?”
“Dia lain Sonia.”
“Ambil saja deh. Ga tertarik saya.”
“Nanti kubikinkan akte perjanjiannya ya. Materenya kamu yang beli.”
Matere?
Untuk apa lagi coba?
“Terserah deh Gue.”
“Terserah deh Gue?” kata Mia bingung.
“Terserah deh Lu.”
“Ngomong apa sih lu?” dia semakin bingung.

Itu tadi adalah salah satu obrolan lebay yang membuatku yakin jika mengisolasi diri itu lebih aman daripada berbaur dengan makhluk yang katanya manusia tapi tidak manusiawi. Perasaan semua ini sekarang berubah begitu hiperbola. Efek sinetron memang sangat luar biasa merusak adonan pikiran remaja hingga menjadi sedemikian abstrak.

Pulang sekolah aku sengaja mengindari kontak untuk bertemu dengannya. Sepertinya dia juga tidak tahu jika kami sekarang satu sekolah. Pertanyaan tentang pacarnya kembali hadir. Saat pelajaran Bahasa Inggris tadi dibahas tentang puisi kuno yang aku sendiri tidak fokus menyimaknya. 


Seek love in the pity of others woe
In the gentle relief of another’s care
In the darkness of night and the winter’s snow
In the naked and outcast, seek love there!


Seek Love? He’s here now. Hanya itu yang terlintas lagi di pikiranku dan sulit kusingkirkan untuk kesekian kalinya.

Tugas rutin menjadi Dukun Online terus berlanjut tak kenal lelah.



Ask to Dukun:

“Kalau Dukun, pilih mana? Punya cowok berasa ga punya atau ga punya cowok tapi berasa punya?
Thank eniwe”

Gadis imut.



To Gadis imut:

Menurut pengalaman Dukun, sih. Cowok itu dari jenis Phitecantropus erectus. Tahukan Pican itu suka apa? Ga nyambung dengan yang ditanyain ya? Begini Gadis Imut. Yang kamu tanyain itu sama artinya dengan Jomblo beda status.

Saran dari Dukun, selingkuh saja deh.



Ask To Dukun:

Dukun yang suka ngaco. Lu cewe or Cowo?

Derry Yan


To Derry Yan:

Tergantung suasana dan musim yang berlangsung. Bagaimana?


Ask To Dukun:

Maaf, Dukun. Saya baru dalam hal perdukunan dan percintaan. Saya malu jika mau ngedate. Ceritanya gini, dua hari yang lalu tuh, saya jadian sama Arumi –Cewek saya-. Masalahnya, jika saya degdegan tuh suka kentut.

Inti pertanyaannya saja ya, cara nahan kentut gimana dukun? Sarannya mohon cepat.


Sarno.


TO Sarno


Ini saran dari Dukun loh.

1.  Ganti tuh nama. Sarno itu nama yang dipakai oleh penjual batagor jaman Soekarno;
2.    Coba sediakan plastic kresek berwarna oranye untuk nampung kentut kamu.
3.   Setelah itu coba hirup, dengan begitu kamu akan merasa jera dan tobat untuk tidak kentut lagi di dekat Arumi.
4.    Jangan jelaskan lagi Arumi itu cewek kamu. Ga ngaruh sama Online Dukun gitu.


Perasaan pasien malam ini sakit jiwanya tambah parah. Saat kulihat daftarnya masih 232 lagi kok jadi malas ya balasnya. Satu per satu kubalas semua dengan jawaban seadanya. Anehnya kenapa mereka ga bosan tapi rutin menanyakan sesuatu yang ga penting banget. Setiap malam biasanya bertambah jumlahnya. Mungkin karena praktek Dukun Online ini gratis kali ya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar