Selasa, 28 Agustus 2012

SONIA SWAN BAB 8: SHOCK


BAB 8


Ini obat terbuat dari cacing atau dari worm shit ya? Kok baunya aneh gini? Aku terus memandangi jamu yang katanya –garis bawahi ya: dari cacing- cacingnya itu sebelum mati dan dijadiin jamu, matinya karena apa? Kalau kena HIV, kalau dia gantung diri karena galau dan belum sempat konsultasi ke dukun, kan bisa mengamuk di dalam perut nanti. Ni lagi, mama malah maksa-maksa agar aku minum jamu cacing ini.

Enegggggggg! Hoek pengen muntah.

“Papa tuh gimana sih, ka nada yang kapsul kenapa dibeliin yang jamu,” kata mama protes tapi terlambat.

Sepertinya bilang, “what” hukumnya wajib.

What?”

Jiah, setelah diminum baru bilang jika ada yang dalam bentuk kapsul? Huaaa, pengen nangis satu semester rasanya.

“Huaaaa, mama telat,” kataku kesel.
“Eh, kok salahin mama. Yang jemput telat itu kan papa.”
“Bukan itu. Kenapa baru sekarang bilang jika ada yang kapsul? Udah ketelen nih. Hoekkkk.”
“Eh jangan dimuntahin. Mau sembuh ga?”

Papa malah hanya ketawa tidak komentar kesel tingkat Jupiter rasanya. Mending jadi Dukun dah jika seperti ini. Aku benci banget penyakit ini. Dah namanya prasejarah Tipussaurus_Rex, masih juga obatnya dari cacing. Dan yang pengen buat aku demo itu kenapa ayah beliin aku yang versi jamunya tradisional. Kamseupay banget kan? Yang kapsul kan ada.

Hah jamu?

Mana rasanya kaya kencing kucing lagi. Ih. Buka laptop, pasang modem dan siap online melayani semua pasien agar rasa sakit ini tidak terasa saat berperan jadi dukun.


Ask To Dukun:


Gada apa jamu yg rasanya enakan dikit? >.< gausah kunyit deh.. asem jawa aja #lepehin T.T, sedang datang hilal nih, atit penyut pengen kentut.

Rizki Amalia Oktisah



To Rizki Amalia Oktisah:

Saran dukun sih, coba minum Diapet, biar cepet mampet berkurang atit penyutnya dan bisa lanjutin puasanya, oce.



Wah ada juga yang nasibnya sama denganku ga doyan jamu. Seneng rasanya. Ok Next.



Ask To Dukun:

oya, aku mau nanya
kenapa malam hari ada bulan dan bintang?
kalau siang ada matahari?
kenapa enda, siang ada bulan dan bintang, trus malamnya ada matahari? :/






Menurut ilmu astronomi yang dukun baca tuh, banyak aktifitas pekerjaan yang dilakukan oleh species manusia itu di siang hari, coba bayangin jika setiap siang pas aktifitas rutin bulan itu datang secara lebay seperti petak umpet, apa tas sekolah atau tas kerjanya isinya bukan pembalut semua tuh?
Mia ternyata masih kunjungin Dukun. Thx Mia. Perasaan banyak juga ya, pasien yang sedang datang Hilal. Pantesan semuanya pada M.O.C.



Ask To Dukun:


hihihi
mw tanya nih om duk,
kalo kita ngerasa diliatin sama orang apa iya orang itu beneran ngeliatin kita apa cuma perasaan aja ya?
^^





Menurut analisa Dukun. Tergantung jarak liatnya deh. Jika dia liatnya dari jarak sekitar 3 cm di depan kamu, itu artinya dia serius liatin kamu (catatan: jika di ujung idung kamu ga ada jerawatnya, kalau ada pengen mencet), tapi kalau dari jauh dan pakai kacamata, mungkin juga dianya lagi ngetes kacamatanya tadi tuh, fungsi atau engga.

Om?

Gila, aku dipanggil Om. Om Mae Got. Perasaan baru sebulan ga buka, seisi dunia sudah kebalik jadi aneh.



Ask To Dukun:

om dukun, gimana cara mengatasi perbedaan pndapat dgn orgtua, dijawab yaa!




Huaaa.

Pengen bacok-bacok pasien yang panggil aku Om Dukun. Apa perlu aku peliara kumis tebel agar dapat kesan sangarnya dan pantas dipanggil Om Duk di poto propilku gitu?




Menurut pengalaman Dukun, cara mengatasi perbedaan-perbedaan pendapat dengan orang tua itu tanggapi dengan kepala dingin (kompress pake es kali ya?) begini:
1.     Selalu inget two and one, telinga itu dua dan mulut itu satu, jadi denger dulu lebih banyak baru jawab jika ortu sudah selese ngomong.
2.    Atur volume suara kita hingga serendah mungkin tapi masih bisa di dengar (usahakan tombol-tombolnya masih fungsi)
3.    Coba mengamati bahasa tubuh karena itu penting.
Ok ini sebagai contoh perdebatan beda pendapat dan cara menanggapinya:
Ayah: Hai anakku, kentutlah kau sepertiku.
Anak: (karena beda pendapat maka dia melakukan prosedur di atas sebelum menjawab) Oh, ayahanda yang baik hati dan sangat tampan, bukankah tujuan dan maksud ananda kentut itu sama seperti ayahanda yang baik hati dan sangat tampan, hanya beda suara dan baunya saja kan?


Daripada dipanggil Om mulu, mending buka catatan yang tadi diberikan Mia. Banyak sekali materi yang tertinggal. Tapi kenapa jadi males gini ya? Semua huruf yang ada di buku ini berlarian seperti domba yang meminta untuk di hitung. Ngantukkkkkk.

Titut… titut…

Siapa yang juga jam segini telepon di saat mata siap terkubur dalam mimpi. Buka hape dan lihat di layar.

Timur?

Mau apa lagi dia?

“Hello,” jawabku malas.

“Sonia?”

“Bukan, arwahnya Sonia.”

“Maaf tadi aku lupa antar kamu pulang. Aku harus temenin Nick ke lapangan sepakbola. Tahu sendirilah, jika dia bareng Webe.”


Webe.

Webe adalah siswa cowok anak IPA 5 sekelas dengan Nick. Walau dia anak IPA, tapi nakalnya minta ampun. Gosipnya dia juga ikut anggota Geng Motor dan sering buat onar di sekolah. BK sendiri juga sudah jera dengan prilakunya tapi tidak bisa berbuat banyak. Kok bisa ya, Nick malah ikut bergaul dengannya mendadak aku jadi mengkhawatirkannya.

“Sonia? Kenapa diam? marah ya?” kata Timur.

“Nick ada?”

“Sedang main bola dengan Webe.”

“Sudah mau maghrib nih. Kenapa ga pulang saja?”

“Jangan khawatir, aku akan menjaganya kok. Eh, tadi kulihat kamu bersama Sinta. Ngomong apa saja dia?”

“Bu Sinta maksudmu? Ga sopan banget panggil nama doing. Sebenarnya ada hubungan apa sih kamu dengannya?”

“Tidak ada apa-apa.”

“Sepertinya dia sangat mengenalmu.”

“Aku tidak peduli dengannya. Paling mama yang kirim dia ke sekolah ini.”

“Timur, jika kamu memang masih nganggep aku teman kamu, tolong jelasin semua tentang dirimu padaku. Aneh banget rasanya kenal orang dengan cara instant tanpa tahu lebih detail latar belakangnya.”

“Suatu saat nanti kujelaskan semua, Sonia. Percayalah. Sekarang masih banyak yang harus kulakukan. Ok, sudah dulu ya,” Timur menutup ponselnya.

Aku semakin yakin dia menyembunyikan sesuatu. Apa aku perlu tanya Bu Sinta ya? Sepertinya mereka memang sudah kenal cukup dekat. Tapi jika aku tanya Bu Sinta tentang Timur, bisa-bisa dia mengira gossip itu memang beneran.

Pagi harinya, aku merasa badanku tidak begitu lemes lagi. Sepertinya obat cacing itu manjur juga. Hoekkk, pengen muntah rasanya jika bayangin saat minum obat itu. Suerr, jangan pernah coba minum jamu cacing. Rasanya kaya kencing kucing kadaluarsa. Pengen rasanya masuk sekolah, tapi mama tidak ngijinin aku berangkat dulu. Takut jika Tipusku kambuh lagi.

“Sonia, ada telepon!” seru mama dari bawah.
“Dari sapa, Ma?”
“Temenmu.”

Ngapa juga ga telepon ke hape? Jiah, pantesan. Aku baru ingat setelah telpon-telponan sama Timur tadi malam lupa ngecas.

“Hello,” kataku pelan agar kesannya masih sakit gitu, jadi tidak dipertanyakan jika tidak masuk sekolah hari ini.
“Son, ini aku Riri. Sudah buka FBnya Imel?”
“Da pa emang?”
“Aku yakin semua itu ga bener kok.”
“Ada apa sih? Emang di FBnya Imel ada apa? Dia putus sama Webe? Ga ngaruh gitu.”
“Bukan. Tapi Timur.”
“Imel jadian sama Timur?”
“Sudah deh, liat sendiri. Tapi jangan percaya begitu saja. Paling itu ulah Webe.”
“Jangan bikin aku penasaran dong, Ri.”
“Ya, udah. Nanti aku ke rumahmu. Nih di kelas sedang heboh.”
“Ok.”

Ada apa emang dengan FBnya Si Imel? Kok Nazria hubung-hubungin dengan Timur? Aku buru-buru masuk kamar dan langsung menyalakan laptopku, tancap modem. Buru-buru kubuka timelinenya Imel.

Ya Tuhan, apa tidak salah ini? sok rasanya melihat foto dinding yang bisa membuat jantungku tewas seketika. Timur ciuman dengan Nick? Ternyata bener dugaanku jika mereka memang pasangan gay.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar