BAB 13
Bisa
jadi ide nulis cerpen nih. Enak saja ada kunyuk naksir gue. Kok aku malah
ikutan Mia ngomong pakai gue lu ya?
Tulis
judul dulu, tapi apa ya?
ANYELIR TERAKHIRPadahal aku sudah berusaha pake tipe-ex, pakai mesin cuci, pake apa saja untuk hapus namanya dari hatiku. Sulit banget. Aku tahu, dia itu tidak pernah perhatian sedikit pun sama aku, apalagi suka padaku.Pertama ketemu dia saat MOS, dia langsung sukses membuat hati meneriakkan namanya seperti anak-anak cheer.Give me BGive me AGive me YGive me UB.A.Y.UCara jalannya yang cool dan sorot matanya yang bikin freezing itu, Terlalu kuat untuk kulawan. Aku kembali diingatkan beberapa hal konyol yang pernah kulakukan saat MOS dulu, saat dia jadi kakak pembinaku.“Siap, Kak!” kataku.“Siap apaan?” jawab kakak kelas itu setengah membentak.Iya, siap apaan coba? Habis dari tadi aku hanya mendengar temen-temen bilang, “siap, Kak. Siap, Kak.” Jadi hanya itu yang terpikirkan olehku dan aku lupa tadi yang ditanyakan apa. Malu banget rasanya.“Ulangi, Kak.”“Saya itu tanya kenapa idungmu pesek, tahu?”Ih kalau dia bersikap galak gitu kok so sweet banget ya. Jadi pengen peluk. Gemes deh pokoknya.“Huei, Alay. Ngapain lu?”“Anya, Kak. Bukan Alay.”“Emang ngaruh? Mau ngepel lapangan upacara?”“Jangan, Kak. Bisa ambeyen nanti.”“Punya kuping dipakai, bukan untuk cantelan tas. Saya mau kamu dan temenmu yang kaya Dora itu menyimpulkan mengapa manusia harus ngupil. Tulis dua halaman folio. Saya beri waktu 15 menit,” kata Kak Bayu memberi tugas.Saat itu aku dan Si Dora bingung mau nulis apa. Perasaan sih, ngupil juga hobi gue banget tuh, tapi kan buat kesenangan bukan buat penelitian. Aduh nulis apa coba? Mana Si Dora orangnya panikan dan cengengnya kaya anak kucing lagi. Akhirnya aku nulis beberapa kesimpulan dan kucopy paste berulang-ulang sampai genap dua halaman folio.“Ini, Kak,” aku menyerahkan dua lembar hasil penelitianku.“Kuping mana kuping? Siapa suruh ketik, Alay? Saya mintanya tulis. Anak PAUD saja bisa copy paste macam gini.”“Siap, Kak.”Ih padahal penelitianku sudah menghabiskan stok upil yang kupunya. Leletin ke Dora ah. Akhirnya kami kena hukuman karena tidak bisa menyelesaikan tugas kami.Seusai MOS selesai, aku coba cari tahu sebenarnya Kak Bayu itu sudah punya cewe apa belum. Senang rasanya saat tahu dia itu jomblo. Sudah ganteng, jomblo lagi. Wah seperti terbang ke dasar samudra rasanya, loh. Dengan semangat 45, aku mulai mencari cara menarik perhatian Kak Bayu.Diawali dengan ikut bergabung dengan anggota cheer. Pengalaman yang kudapat dari nonton sinetron tuh, tokoh cowok gantengnya biasanya tertarik pada anggota cheer. Apesnya, aku ditolak mentah-mentah, katanya over weight. Kejam, tak perlu sejujur itu ngapa. Coba cara kedua dengan ikut kelas sastra. Dalam Film AADC, -anggap saja Kak Bayu yang cool itu Rangga- tokoh gantengnya pasti KO jika ditaklukin dengan puisiku.Bukan ide baik, aku sudah tidak punya gelas lagi untuk kupecahkan. Ok, ini usaha terakhir. Ikut kelas Judo. Kak Bayu pasti bisa kukalahkan dalam kelas Judo, tinggal banting saja. Jika pun aku yang kebanting, tinggal bilang, “kau tlah sukses membanting hatiku, Kak.”Hihihi, sadar Anya. Kak Bayu itu tidak ikut Kelas Judo, buat apa lu susah-susah mau banting dia. Ternyata orang yang sedang jatuh cinta itu harus siap gila dan cepat bodoh ya.Sampai saat ini, aku belum bisa menemukan cara yang tepat untuk menarik perhatian Kak Bayu. Yang bisa kulakukan hanya memandanginya dari kejauhan dan mengaguminya. Entah dia tahu atau tidak. Menyedihkan banget ya nasibku.Sudah hampir satu bulan aku kenal dia dan belum juga bisa mengikhlaskan dirinya. Sadar benar bagiku akan sulit untuk mendapatkan sedikit perhatiannya. Perasaan ini semakin menyiksaku lebih dalam. Lebih dalam dari sumur bor. Kalau sumur galian, nyebur sekalian deh.Suatu hari, kudengar kabar jika Vivi juga tertarik padanya. Dan yang lebih menyakitkan telingaku adalah dia juga sudah berteman dengannya di jejaring sosial. La gue, sudah lama add malah ga pernah ditanggapi. Diignored juga engga. Nanges.Lihatin mereka WTW nyesek banget deh rasanya. Pengen banting laptop tapi sayang. Sampai akhirnya aku memberanikan diri untuk datang ke kelasnya. Ini adalah puncak acara nyesek yang pernah ada. Aku melihat Vivi sudah main di sana dan mereka terlihat akrab banget. Mana Kak Bayu kadang-kadang pencet idung Vivi yang mancung itu lagi. Huaaaa pengen teriak, takut dibilang gila.Aku hanya bisa meninggalkan bunga Anyelir yang sengaja kubawa untuknya di tempat sampah depan kelas. Sedih banget dan galau banget rasanya mengetahui orang yang kita sukai bercanda dengan orang lain di depan mata kita.Saat pulang sekolah, Kak Bayu menunggu aku di depan gerbang sambil membawa bunga anyelir yang kutinggalkan di tempat sampah di depan kelasnya. Mendadak hatiku seperti dibangkitkan dari kubur setelah sesak dikubur hidup-hidup. Semangat dan harapan baru muncul seperti mentari merekah di pagi hari. Mungkin dia akhirnya menyadari bahwa aku sudah lama menyimpan perhatian khusus padanya.Dia mendekatiku dan memberikan bunga anyelirku tadi. Baru kali ini aku melihat dia tersenyum begitu manis padaku. Senyum yang selama ini kuharapkan. Dia mengeluarkan foto dari dompetnya dan menunjukkannya padaku.Bergetar rasanya hati ini saat tahu selama ini dia diam-diam menyimpan fotoku. Kenapa ga jujur saja sih. Kan aku ga perlu galau selama satu bulan hanya untuk dapetin perhatiannya. Aku memandangi foto itu sepertinya bukan aku, tapi hanya orang yang mirip aku.“Kenapa kamu buang anyelir itu?”“Tidak apa-apa.”“Itu foto Ratu.”“Siapa Ratu?”“Adikku. Saat kulihat kamu bawa anyelir itu dan membuangnya, aku teringat padanya. Dulu dia juga pernah lakukan hal yang sama sepertimu tepat sehari sebelum dia kecelakaan.”“Kenapa dia membuang anyelir itu?”“Anyelir itu titipan dari temannya. Karena melihat aku sedang bersama Mita, mantanku. Dianya ngambek dan mutusin membuang anyelir itu. Aku sudah minta maaf langsung padanya setelah Mita pulang. Pagi harinya, Ratu kecelakaan dan sepertinya itu adalah anyelir terakhir yang ingin di sampaikan padaku. Aku tidak ingin mengulangi kesalahan yang sama, jadi kuambil anyelir yang kau buang tadi.”“Anyelir itu bukan untukmu kok.”“Mungkin aku bisa bantu kamu memberikan pada orang yang tepat.”“Aku sudah tidak memikirkan orang itu.”“Apakah kamu tidak keberatan jika tetap memanggilku kakak?”“Tentu saja.”Tentu saja itu membuat hatiku sesak dan pengen nanges. Aku tidak mau jadi hanya sekedar adik baginya. Aku ingin rasa sayang yang lain. Aku ingin diakui sebagai orang yang special baginya. Tapi mau apa lagi. Kenyataannya memang dia hanya menganggapku adiknya. Kemiripan yang ada pada diriku yang bisa mengingatkanku pada adiknya.Seminggu kemudian kutahu dia jadian dengan Vivi dan aku hanya bisa memasang status di FBnya hanya sebagai adik. Aku benci banget dengan anyelir. Karena bunga itu telah menjadi bunga terakhir bagi harapanku mengharapkannya.
Kenapa juga tadi aku ga kasih judul The Last Raflesia
Arnoldy. Pasti aromanya kaya kentut di status Mia. Jika Si Picas baca cerpen yang
akan kuposting ini, kira-kira dia akan mengerti tidak ya? Akhirnya aku
memposting catatan cerpenku ini.
Ini adalah hal paling memuakkan yang selalu kurasakan
jika aku memposting sesuatu. Baik itu status ataupun note, belum dibaca sudah
dijempol duluan. Emang tahu isinya? Kebiasaan buruk deh. Laporin KOMNASHAM.
makasih yah :) cerpenya aku
banget
.
(What? Emangnya
dia Kunyuk Mini juga ya)
Nazria Adliana
Anya itu singkatan dari Aku Sonya ya hahaha… kayanya aku tahu siapa dia nih.
(Sok tahu banget
nih sie Riri)
Mantep! Laik dis :D
(Laik dis juga
deh.)
Princess Ayda D'flower
Bikin galau satu milienium. Gue bisa rasain yang dirasain Anya, karena gue juga pernah ngalamin yang kaya gitu. Nyeseknya minta ampun.
(Emang gue
pikirin. Itukan masalah Picas Si Kunyuk Mini. Akunya sih berharap Si Kunyuk
Mini baca dan sadar gitu.)
Ricky Venomous
like my status kawan 

(Kenapa selalu ada ya yang koment tidak pada tempatnya
seperti ini.)
Aku mencoba membuka-buka beranda dan mencari status
yang layak mendapatkan jempolku.
Andini Indrawan Putri
hp gue kyk bangke!
(hahaha, temennya Raflesia Arnoldy. Kubur aja deh,
Mba.)
Nadia Ersya Oktaviani
pengen beli Top Idol laaah.. Sticker si kodok ituuu u,u
(Kirain mau beli Tank Top sama baju Kodok)
·
·
Om Mario, hidup
ini khan tidak semudah omongan Om Mario.
He he …
Lho khoq ketawa?
Yah memang itu perasaanmu, masa’ saya ikut campur.
Tapi benar gak itu Om?
Apa?
Hidup ini gak semudah omongan Om Mario.
Bagi siapa?
Hmm …
Hayo, tidak mudah bagi siapa?
Hmm … bagi aku kali ya?
Nah itu dia. Kalau menurutmu hidup ini tak semudah bicara saya, menurutmu yang
mudah menurut siapa?
Hmm … khoq jadinya aku kehilangan kata-kata ya?
He he .. begini, hidup ini tidak mudah bagi orang yang lebih lemah daripada
keharusannya.
Maksudnya Om?
Kalau keharusanmu lebih besar daripada kemampuanmu, engkau akan kesulitan.
Terus?
Yah kalau begitu, siapa pun yang bicara, engkau akan tetap merasa kehidupan ini
sulit.
Terus aku harus bagaimana?
Terserah sepenuhnya kepadamu. Mau tumbuh dengan nasihat, atau mau menghujat
nasihat sambil meneruskan cara hidup yang terbukti membuatmu susah.
Yah, aku gak suka dinasihati.
Kenapa?
Itu khan cuman omongan.
Hmm … tidak semua omongan itu cuman. Hanya orang cuman yang omongannya cuman.
Kalau orang pandai, ya omongannya pandai. Kalau orang penyayang, omongannya
adalah untuk kebaikanmu.
Tapi khan jalaninya sulit Om?
Memang.
Terus bagaimana?
Jalani saja.
Tapi khan sulit Om?
Memang?
Terus gimana?
Ini khoq ngajak muter-muter?
Sesuatu yang sulit itu harus kau jalani, agar menjadi lebih mudah. Kesulitan
yang kau diamkan saja, akan menjjadi lebih sulit.
Tapi khan sulit Om?
Sini sini … aku mengerti perasaanmu.
Adikku, ini semua memang sulit, tapi bukan karena semuanya sulit, tapi karena
engkau belum mampu.
Memangnya ada yang hidupnya mudah?
Hmm … kehidupan mereka sebetulnya sama sulitnya atau bahkan lebih sulit
daripada kehidupanmu, tapi mereka lebih sabar, lebih cepat bertindak, tidak
hanya berdoa – tapi mereka juga pekerja keras, mereka tidak suka mbolos sekolah
– jadi lebih tahu cara berpikir, dan mereka menghormati orang tua dan guru.
Kalau aku kaya’ mereka juga, nanti hidupku lebih mudah?
Tidak. Hidupmu akan sama sulitnya, seperti hidup Om juga, tapi kesulitannya
sudah tidak terasa lagi, karena engkau menjadi lebih kuat.
Jadi, kalau begitu, sebetulnya kalo aku bener-bener coba, aku bisa ya Om?
Ya.
Mulai kapan ya Om?
Segera.
Tapi gak tahu caranya?
Lha yang selama ini Om-mu ini bicarakan itu apa?
Ooh itu cara buat aku lebih kuat ya Om?
(Garuk-garuk kepala sambil tidak tahu mau senyum apa menangis) … yah mungkin
seperti itulah?!
Om khoq kelihatan sedih?
Yah begitulah …
Sabar ya Om. Aku minta maaf ya? Selama ini aku kira Om cuman hobi nyiksa anak
muda pake nasihat. Ternyata Om baik juga hatinya.
He eh …
OK dah, memang hidup ini tidak mudah, tapi bisa tidak terasa kesulitannya jika
kita memampukan diri.
Wow! Itu bahasa dewa! Super sekali!
Terima kasih Om. Seharusnya Om tahu, banyak anak muda itu sebetulnya super,
tapi sedang pakai wajah galau.
Kenapa begitu?
Galau itu sementara dan OK, tapi sukses adalah hak yang harus diupayakan!
Terus saya harus bilang wow! gitu?
Tidak cukup Om. Om harus bilang WOW sambil salto.
He he … you are so cute. I love you.
I love you too, Om.
Sudah sana jalan gih Om, aku mau sibuk.
He he … you remind me of myself.
The best of success ya?
Aamiin. Bye Om?
Wa’alaikum salaam.
Mario Teguh – Loving you all as always
(Tumben Mario Teguh Curhat, hahaha… untung saja tidak
tanya ke Dukun Online)
Tresna Kharisma
ayo rambutku cepatlah tumbuh panjang({})
(Siramin aja tiap hari, Mba)
Hafizah El Nur
Hidup berawal dari mimpi
(Masa? Bukannya HIDUP itu berawal dari H dan berakhir
di P?)
Haha puas rasanya pelototin semua status aneh di FBku.
Tapi ada satu yang buat aku terpaku.
I’m East Wood
Apakah
ada setiap musim, o jiwaku
Ketika sumber-sumber air mata pahit mengering,
Dan bunga-bunga tumbang mengambil tempat mereka lagi
di sepanjang peristirahatannya?
Bisakah kuberharap tetap hidup, hanya untuk semusim saja,
Sejenak beristirahat dan merenungkan diri
Tapi haruskah kuperlahan mulai menjauh
Dengan harapan untuk melacak dan mengikuti langkah-langkah!
Ketika sumber-sumber air mata pahit mengering,
Dan bunga-bunga tumbang mengambil tempat mereka lagi
di sepanjang peristirahatannya?
Bisakah kuberharap tetap hidup, hanya untuk semusim saja,
Sejenak beristirahat dan merenungkan diri
Tapi haruskah kuperlahan mulai menjauh
Dengan harapan untuk melacak dan mengikuti langkah-langkah!
Aku tahu puisi Timur ini. Ini adalah puisi dari Walter
Savage Landor yang berjudul Hegemon to Praxinoe. Puisi dari sastra lama yang
pernah kami pelajari saat di Kemsas selain milik John Clare. Aku bisa merasakan
perasaan Aira saat ini.
Butuh waktu lama bagiku untuk mengomentari statusnya.
Aku tidak ingin dia salah paham atau malah semakin sedih memikirkan Nick.
Sonia Swan
Is there any season, o my soul
When the
sources of bitter tears dry up,
And the aprooted flowers take their places again
Along the
torrent-bed?
Could I wish to live, it would be for that season,
To repose my limbs and press my temples there
But should I
not speedily start away
In the hope to trace and follow the steps!
Thou art gone, thou art gone, praxinoe!
And hast taken far from me thy lovely youth
Leaving me naught that was desirable in mine
Alas! Alas! What hast thou left me?
Aku semakin bisa merasakan besar rasa cintanya pada
Nick. Kasihan sekali dia harus bisa mengorbankan semuanya. Bagi yang tidak tahu
keadaan yang sebenarnya, mereka pasti hanya bisa menghujat hubungan mereka yang
tak lazim. Ada yang bilang maho lah. Jika aku mengalami yang dialami olehnya,
mungkin aku tidak akan sanggup menjalaninya. Nick sendiri sepertinya juga hanya
bisa mencintainya. Aku hanya akan menjadi gadis bodoh yang membodohi diri jika
terus mencintainya.
Malam seperti ini dihadapkan pada pertanyaan yang tak
seharusnya memang membuat perasaan jadi semakin tidak menentu. Terkadang aku
berharap mereka berdua tak pernah pindah ke sekolahku. Tak perlu bagiku bertemu
lagi dengannya yang tak lebih hanya membuatku dalam ketidakpastian.
Mendadak hapeku bergetar. Siapa kira-kira jam segini
hubungi aku. Biasanya Mia atau Riri. Tapi yang muncul di layar hapeku adalah
nomor yang tak dikenal.
“Heloo,” jawabku.
“Kutunggu di luar,” jawaban misterius membuatku
merinding.
“Ni sapa?”
“Jangan banyak tanya.”
Matiin aja deh. Orang iseng ga perlu ditanggapi. Tapi
beberapa saat kemudian dia nelpon lagi.
“Eh, ga usah iseng deh,” jawabku kesel.
“Kalau masih ingin tetap sekolah, cepet keluar.”
“Kamu sapa sih?”
“Punya kuping ga sih?”
“Bodo.”
Kututup lagi dan dia telepon lagi. Matiin langsung
saja. Telepon lagi. Akhirnya dia SMS.
“CEPET KELUAR, SONIA. SEBELUM AKU BERUBAH PIKIRAN.
–WEBE-.”
Tahu darimana dia nomorku? Pakai ngancam segala lagi.
Aku cepat-cepat turun sambil membawa plastic sampah agar mama atau papa tidak
curiga mengapa aku keluar malam-malam begini.
“Ngapain malam-malam gini ganggu aku?” kataku berdiri
di hadapan Webe yang berdiri di balik dinding memakai jamper.
“Aku tidak mau kamu dikeluarkan,” kata Webe dengan
nada suara diperendah.
“Terus?”
“Bisakah kamu temui ayahku besok pagi?”
“Untuk apa?” jawabku ketus.
“Dengar, Sonia. Tadi siang ayah sangat marah mendapat
laporan dari ajudannya bahwa kamu telah menamparku. Itu akan membawa nama buruk
bagi keluarga. Tadi kudengar ayah akan mengeluarkanmu dari sekolah sama seperti
dia langsung menelepon kepala sekolah untuk memberitahukan pemecatannya satu
jam setelah menandatangani surat skorku.”
“Sok banget ya ayahmu. Emang aku takut? Keluar ya
keluar. Masih banyak sekolah yang bisa kujadikan tempat belajar.”
“Sonia, please. Aku tidak ingin kamu keluar.”
“Wah, aku tersentuh sekali, Webe. Sangat tersentuh.
Bodoh.”
“Sonia. Aku akan bantu menjelaskan semuanya di depan
ayahku. Asal kamu mau ikut bertemu langsung dengan ayahku.”
“Urus saja sendirilah. Kalau perlu, suruh ayahmu
temuin aku. Aku juga pengen banget ngomong dengan orang sombong seperti dia.”
“Sonia!”
Aku meninggalkan dia di luar. Gregetan banget rasanya.
Pengen cekek dan masukin wajahnya ke jamban. Semalaman penuh aku kurang tidur
karena omongan sampah Webe yang sangat memuakkan itu. Sampai pagi harinya,
mataku sangat ngantuk untuk berangkat ke sekolah.
Aku membuka jendela kamarku agar sinar matahari masuk.
Sepertinya orang yang berdiri di pinggir jalan memakai jamper dikerudungkan di
kepalanya itu Webe. Ngapain pagi-pagi gini sudah ada di depan rumahku? Apa mungkin
dia masih penasaran dengan penolakanku tadi malam?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar